KO Wen-je, yang pernah dianggap sebagai bintang politik yang sedang naik daun di Taiwan dan kandidat presiden, didakwa atas tuduhan korupsi pada Kamis.
Pria berusia 65 tahun ini dituduh menerima suap sebesar Sebelah juta dolar terkait transaksi properti selama menjabat sebagai wali kota Taipei. Selain itu, ia juga didakwa melaporkan Anggaran kampanye secara Tak Pas Begitu mencalonkan diri sebagai presiden pada Januari Lampau.
Jaksa menuntut hukuman penjara hingga 28,5 tahun.
Dakwaan terhadap Ko memberikan pukulan telak bagi gerakan politik yang ia wakili, yang menarik perhatian pemilih yang mencari alternatif dari Partai Progresif Demokratik (DPP) yang berkuasa dan oposisi Istimewa Kuomintang (KMT).
Ko membantah tuduhan korupsi tersebut. Ia ditangkap pada September dan sempat ditahan.
Jaksa mengatakan pada Kamis, Ko adalah satu dari 11 orang yang didakwa. Beberapa Personil partainya, Taiwan People Party, juga dituduh menyalahgunakan Anggaran sumbangan politik.
Sebagai “kuda hitam” dalam pemilu presiden Januari Lampau, Ko berhasil meraih lebih dari 25% Bunyi—Tak jauh di belakang kandidat partai berkuasa Lai Ching-te yang memperoleh 40%.
Begitu itu, pengamat politik menilai meskipun Ko menempati posisi terakhir dari tiga kandidat presiden, perolehan suaranya yang signifikan mencerminkan keinginan pemilih Buat lanskap politik yang lebih pluralistik di luar dua partai Istimewa.
Ko meraih ketenaran dengan memposisikan dirinya sebagai alternatif di luar dua partai Istimewa. Ia mengkritik DPP karena memicu ketegangan dengan Beijing, yang mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya, tetapi juga mengecam KMT karena dianggap terlalu tunduk.
Setelah mendukung para demonstran selama Gerakan Merekah Surya yang anti-Beijing pada 2014, Ko terpilih sebagai wali kota Taipei sebagai kandidat independen.
Ia memenangkan masa jabatan kedua pada 2018, Tetapi kebijakannya kemudian tampak bergeser dengan memperluas Rekanan Taipei dengan Tiongkok daratan.
Dikenal sebagai sosok yang kontroversial dalam politik Taiwan, Ko kerap menarik perhatian dengan retorika berani dan ide-ide kampanye uniknya. Ia dijuluki sebagai “mesin blunder” dan bahkan membintangi video rap dalam kampanye pemilihan ulangnya pada 2018.
Setelah kekalahannya dalam pemilu presiden, Ko berjanji Tak akan menyerah dalam karier politiknya dan diperkirakan akan mencalonkan diri Kembali pada 2028. Tetapi, Lagi belum Terang apakah partainya Pandai Terbangun dari gelombang dakwaan yang menimpanya.
Penangkapan Ko telah memicu protes dari sekutu dan para pendukungnya, yang menuduh DPP menggunakan kasus ini Buat menekan Musuh politiknya. (BBC/Z-3)