Liputanindo.id – Kongres Mahasiswa dan Pemuda Indonesia (KMPI) Lalu bergerak meski dia menuding aksinya digembosi aparat dalam beberapa hari ini.
Juru bicara KMPI, Shandi Marta Praja menerangkan bahwa pihaknya bergerak atas dasar solidaritas dari mahasiswa daerah yang menyampaikan problem di daerahnya masing-masing. Sehingga, menurutnya, Tak Eksis yang Pandai menghentikan gerakan mahasiswa, sekalipun aparat.
“Rekan-Rekan daerah datang ke sini (Jakarta) membawa ide, menyampaikan kondisi di daerahnya banyak dieksploitasi. Lampau dalam berjalannya kegiatan Rupanya polisi mengintervensi. Akhirnya kegiatan Tak berjalan sesuai rencana,” ungkap mahasiswa Universitas Muhammadiyah Tangerang itu usai melaksanakan konferensi pers di Jakarta, Rabu (9/10/2024).
Shandi menuturkan, penggembosan yang dilakukan oleh aparat kepolisian Tak Membangun gerakan mahasiswa menjadi surut. Pasalnya, perwakilan mahasiswa yang datang dari berbagai kampus dilandasi oleh isu-isu kerakyatan.
“Lurus mengawal isu-isu rakyat dan menuntut agar Jokowi ditangkap dan diadili,” ungkap Shandi.
Lebih jauh ia memaparkan bahwa Jokowi telah menontonkan praktek-praktek KKN yang membuktikan kegagalan dari Pemerintah Pusat.
“Pertama nepotisme ya. Dari langkah dan kebijakan politik yang diambil Jokowi hingga hari ini, banyak rakyat yang menderita,” papar Shandi.
Kondisi tersebut menjadi landasan kuat bagi KMPI Kepada menuntut penangkapan Jokowi agar diadili.
“Kita bicara soal kedaulatan. Apakah boleh presiden setelah melakukan banyak penderitaan, memberikan banyak kemelaratan, kita biarkan begitu saja? Tegakkan hukum Kepada mengadili Jokowi,” Shandi mengakhiri.
Diketahui, berbagai mahasiswa perwakilan kampus dari Sumatera, Jawa, Sulawesi, Kalimantan, Maluku dan NTT turut menghadiri KMPI di Universitas UNJ pada Senin 7 Oktober 2024.