Klinik Desa, Alternatif Pelayanan Kesehatan di Daerah Perifer

Klinik Desa, Alternatif Pelayanan Kesehatan di Daerah Perifer
Dr. Zul Asdi, SpB, M.Kes, M.H, Dokter Spesialis Bedah dan Koordinator Perhimpunan Komunikasi (Forkom) Dokter Indonesia(Dok Pribadi)

KELUHAN Lazim dari masyarakat Demi ini diantaranya adalah rumah Ngilu dan ICU yang penuh serta lamanya jadwal operasi Buat pasien elektif. Hal ini mencerminkan adanya tekanan besar pada sistem kesehatan kita. Dalam berbagai Percakapan dan webinar, Ahli kesehatan sering menekankan perlunya penguatan pelayanan Penting. Konsentrasi pada pelayanan Penting dapat membantu mencegah penyakit, menjaga kesehatan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.    

Pengalaman dari negara-negara seperti Kosta Rika menunjukkan betapa efektifnya pelayanan kesehatan Penting. Di Kosta Rika, setiap desa Mempunyai dokter tetap yang memastikan pelayanan kesehatan dasar berjalan dengan Bagus. Apabila model ini diterapkan di Indonesia, puskesmas dapat memainkan peran yang lebih besar dalam menjaga kesehatan masyarakat. 

Dengan populasi yang besar, puskesmas perlu dibekali dengan tim kesehatan yang lengkap, termasuk dokter, dokter gigi, perawat, bidan, farmasis, dan tenaga medis lainnya. Tim ini juga harus melakukan kunjungan rutin ke rumah-rumah pasien Buat memastikan mereka mengikuti protokol pengobatan dan menjalani gaya hidup sehat.

Cek Artikel:  Problem Demokrasi dan Tiga Aras Penentu Pemilu 2024

Baca juga : Anak Sering Terpapar Overtreatment di Fasilitas Kesehatan


Tetapi, penerapan model ini di puskesmas di Indonesia menghadapi berbagai kendala. Keterbatasan tenaga medis, pembiayaan yang Enggak memadai, dan Penyelenggaraan program promotif-preventif yang belum optimal menjadi masalah Penting. Puskesmas Demi ini lebih Konsentrasi pada tindakan kuratif—mengobati orang Ngilu—yang Semestinya Bisa dialihkan ke klinik, praktik pribadi, atau rumah Ngilu. 

Pembiayaan puskesmas, yang sebagian besar berasal dari Duit kapitasi BPJS Kesehatan, seringkali menyebabkan puskesmas berubah menjadi rumah Ngilu kecil, bahkan dengan dokter spesialis, sehingga pelayanan promotif-preventif sering terabaikan. Pemerintah daerah juga sering Enggak mematuhi alokasi anggaran kesehatan sebesar 10 persen dari APBD di luar gaji, dan lebih bergantung pada Duit kapitasi BPJS. Sebaiknya, APBD digunakan Buat memastikan kesehatan masyarakat, bukan Buat mencari keuntungan.    


Jarak antara tempat tinggal penduduk dan puskesmas menjadi masalah signifikan. Elemen seperti jarak, transportasi, dan biaya Buat datang ke puskesmas serta kebutuhan akan pendamping pasien di daerah terpencil seringkali menjadi hambatan. Program posyandu, meskipun efektif, juga memerlukan dukungan yang lebih besar. 

Cek Artikel:  Wantimpres jadi DPA Sesat Pikir Sistem Ketatanegaraan

Baca juga : Layanan Kesehatan Jiwa di Puskesmas dan RS Lagi Minim

Puskesmas pembantu (Pustu) merupakan solusi yang Bagus, Tetapi seringkali Enggak berfungsi optimal karena kekurangan tenaga medis, alat kesehatan, dan obat. Pustu sering hanya buka beberapa jam sehari, sementara kebutuhan kesehatan Bisa muncul Bilaman saja, termasuk malam hari, terutama di daerah pegunungan, pulau terpencil, atau Area yang sangat terpencil.

Klinik desa adalah konsep yang bukan baru dan beberapa daerah telah mencoba menerapkannya. Dengan adanya rumah Ngilu pemerintah dan Sokongan dari rumah Ngilu swasta di kota, desa juga Semestinya Mempunyai klinik swasta Punya desa. Klinik ini Bisa dikelola oleh desa, koperasi, masyarakat, perusahaan, atau individu. 

Klinik desa diharapkan Mempunyai akreditasi, bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, dan menyediakan tenaga medis 24 jam, termasuk dokter dan dokter gigi, serta peralatan dan obat yang memadai. Klinik ini harus Bisa memberikan pelayanan kesehatan 7 hari seminggu dan Member masyarakat diharapkan terdaftar sebagai peserta BPJS di klinik tersebut. 

Cek Artikel:  Urgensi dan Limitasi Bunyi Anak Muda di Pemilu 2024

Pemerintah diharapkan dapat memberikan subsidi atau mempermudah izin dan ketersediaan yang diperlukan Buat klinik ini. Klinik desa diharapkan dapat mendukung program puskesmas, terutama dalam aspek promotif-preventif, dan tetap berada di Rendah pengawasan puskesmas serta dinas kesehatan setempat. Klinik desa juga akan sangat membantu program posyandu dengan menyediakan fasilitas yang mendukung pengawalan kesehatan masyarakat secara personal. 

Regulasi Buat kerja sama antara klinik desa yang bersifat swasta dengan pemerintah perlu dibuat agar masyarakat desa merasa tenang dengan adanya dokter, perawat, bidan, dan tenaga medis lainnya yang siap 24 jam. Apabila klinik desa berkembang dan menghasilkan keuntungan, Biaya tersebut dapat digunakan lebih jauh Buat kepentingan masyarakat desa. (H-2)

Mungkin Anda Menyukai