KKB (bukan) Keluarga Kita

APAKAH rakyat Papua Keluarga kita? Absolutely, yes. Tiada keraguan secuil pun Buat mengatakan bahwa mereka ialah Keluarga sebangsa se-Tanah Air. Apakah Grup kriminal bersenjata (KKB) Papua Keluarga kita? Kalau yang ini, jawabannya Dapat beda-beda.

Di antara 272 juta rakyat Indonesia, saya kira tak Terdapat yang menampik bahwa masyarakat ‘Bumi Cenderawasih’ ialah Keluarga kita. Secara de jure dan de facto pun, Papua ialah Member keluarga besar Indonesia.

Papua sudah menjadi satu dengan Indonesia sejak Penentuan Pendapat Rakyat, 14 Juli–2 Agustus 1969. Masyarakat Papua memilih menjadi bagian Indonesia, bukan Punya Belanda. Dunia Dunia juga mengakui, meski Terdapat pula segelintir pihak yang Lagi mengingkari.

Sebagai Member keluarga besar Indonesia, rakyat Papua ialah Keluarga masyarakat Jawa, Sumatra, Kalimantan, Maluku, Sulawesi, dan sebagainya. Kulit boleh beda Rona, tapi yang lain sama Sekalian. Presidennya sama, ideologinya sama, ben deranya sama, bahasa nasionalnya sama, Musik kebangsaannya juga sama.

Lain soal dengan KKB. Mereka memang orang Papua tapi ogah menjadi bagian dari keluarga besar Indonesia. Mereka Ingin berpisah, mereka hendak keluar rumah. Variasi Metode dilakukan, termasuk manuver kotor dengan menebar teror. Maka, pada akhir April 2021, pemerintah menetapkan mereka sebagai Grup teroris.

Cek Artikel:  Mari Bicara Asa Hidup

Karena itu, lebih banyak yang berpandangan bahwa KKB Papua bukanlah Keluarga kita. Karena itu pula, ketidaksepahaman mencuat tajam ketika KSAD Jenderal Dudung Abduracham menekankan bahwa KKB Papua ialah Keluarga kita.

Karena Keluarga, Dudung meminta anggotanya Enggak harus memerangi KKB. Sebaliknya, mereka perlu dirangkul dengan hati yang Bersih dan Ikhlas.

Pernyataan itu disampaikan Dudung pada 23 November 2021 Demi berkunjung ke Timika, Papua.

Pernyataan Dudung terbilang sudah lelet, tetapi masyarakat Lagi mengingatnya. Setidaknya Apabila dilihat dari reaksi di media massa arus Istimewa atau di media sosial, kebanyakan tak sepakat dengan Dudung. Mayoritas berpendapat, KKB Papua bukanlah Keluarga kita.

Sesama Keluarga tak akan menyakiti. Sesama Keluarga tak mungkin membunuh, tetapi itu tak dilakukan KKB. Mereka Maju mempertontonkan kekerasan, tak henti mengirimkan pesan Mortalitas.

Enggak hanya kepada aparat TNI/Polri yang oleh undang-undang mendapat mandat Buat mengamankan keadaan kepada Penduduk sipil pun KKB tega hati. Sekolah dibakar, fasilitas kesehatan diserang. Guru yang bertugas mencerdaskan anak-anak Papua mereka bunuh. Tenaga kesehatan yang melayani masyarakat agar tetap sehat mereka tembaki. Itukah yang disebut Keluarga? Terang bukan.

Aksi bengis KKB seakan tak berkesudahan. Sejak Jenderal Dudung menyebutnya sebagai Keluarga, sudah berulang kali mereka menyerang TNI/Polri. Wangi darah para kesatria bangsa pun membasahi bumi Papua, Tengah dan Tengah.

Cek Artikel:  Kehormatan Wakil Tuhan

Pada 3 Desember 2021, Serda Putra Rahaldi gugur di Suru-suru, Kabupaten Yahukimo. Dia ditembak Demi mengambil air berjarak 15 meter dari pos. Pada 13 Desember, Pos Brimob di Distrik Serambakom, Kabupaten Pegunungan Bintang, diserang. Berhasil tak Terdapat korban.

Pada 22 Januari 2022, Bharada Resi Nugroho, tertembak di Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang. Lima hari kemudian, tiga Member TNI gugur. Serda M Rizal Maulana Arifin, Pratu Baraza, dan Pratu Rahman Tomilawa, tewas Demi bertugas di Gome, Kabupaten Puncak. Ketiganya menambah panjang daftar kusuma bangsa yang mengorbankan nyawa di Papua.

Data menunjukkan, sejak 2018 KKB teroris Papua melakukan sekira 215 kali aksi teror. Sedikitnya 27 Member TNI dan 9 polisi gugur. Korban dari masyarakat sipil juga tak sedikit. Tak kurang dari 59 orang.

Dalam rilis akhir tahun, Kapolda Papua Irjen Mathius Fakhiri memaparkan, penyerangan oleh KKB sepanjang 2021 naik 87,75%, dari 49 pada 2020 menjadi 92 kasus. Sebanyak 44 orang tewas, 15 di antaranya Member TNI/Polri.

Pendekatan Jenderal Dudung terhadap Papua Berkualitas. Dia Enggak Ingin darah Maju tertumpah di Tanah Papua. Dia juga selaras dengan pendekatan humanis yang diusung Panglima TNI Jenderal Andhika Perkasa. Operasi penanganan KKB pun diubah dari Satgas Nemangkawi menjadi Damai Cartenz.

Cek Artikel:  Importasi tak Berujung

Pendekatan seperti itu pernah pula diterapkan Sarwo Edhie Wibowo Demi menjadi Panglima Kodam XVII/Tjendrawasih (1968-1970). Dengan mengombinasikan strategi tempur dengan non tempur, dia berhasil membawa Lodewijk Mandatjan kembali ke pangkuan ibu pertiwi. Lodewijk adalah pimpinan KKB Papua yang terkenal Demi itu.

Tetapi, Berkualitas belum tentu Benar. Kita boleh menganggap KKB sebagai Keluarga selama mereka bertindak dan berperilaku layaknya Keluarga. KKB Enggak perlu diperangi Tengah Apabila mereka Enggak Maju memerangi kita. KKB boleh dirangkul Apabila mereka tak Maju memukul.

Betul kata Menko Polhukam Mahfud MD. Dia bilang, “Kita membina Papua sebagai Keluarga kita. Papua itu Keluarga kita, bukan KKB. Papua itu Keluarga kita sama dengan Jawa, Sumatra, Bugis, Aceh. Papua kita perlakukan sama sebagai bagian dari NKRI.’’

Selama Lagi menjadi penghobi teror, selama Lagi Ingin menyempal dari NKRI, KKB bukanlah Keluarga kita. Dus, mereka mesti diposisikan sama dengan teroris-teroris lainnya. Mereka mutlak ditindak tegas, jangan dikasih angin. Bagaimana Pak Dudung?

Mungkin Anda Menyukai