Vinandhika Parameswari (dua kiri Rendah) Ketika berkumpul Berbarengan mahasiswa Indonesia di Washington DC, Amerika Perkumpulan. (US Embassy)
Washington: Ramadan tahun ini menjadi tahun kedua bagi Vinandhika Parameswari, atau akrab disapa Viki, dalam menjalankan ibadah puasa di Amerika Perkumpulan. Mahasiswi S2 di Johns Hopkins University, Kampus Bloomberg Center, Washington, D.C., ini berbagi pengalaman tentang tantangan dan keberagaman dalam berpuasa di Negeri Om Sam.
Sebagai seorang muslimah, awalnya Viki sempat khawatir mengenai bagaimana identitasnya akan diterima di lingkungan baru.
Tetapi, dua tahun tinggal di Amerika Perkumpulan membuktikan bahwa banyak Kaum setempat, termasuk Sahabat, profesor, dan tetangga, menunjukkan rasa hormat terhadap keyakinannya. Bahkan, Eksis profesor yang secara Tertentu mengingatkan Viki Buat berbuka puasa terlebih dahulu sebelum melanjutkan kuliah.
“Tantangan terbesar Ketika berpuasa di sini tentu berbeda dengan di Indonesia. Tak banyak orang yang Mengerti bahwa Ketika ini adalah bulan Ramadan, sehingga Tak Eksis atmosfer yang sama seperti di Tanah Air, di mana orang-orang lebih memahami dan terbiasa dengan praktik puasa,” ujar Viki, dalam keterangan tertulis dari Kedutaan Besar AS di Jakarta, Sabtu, 22 Maret 2025.
Durasi puasa di Washington DC berlangsung Sekeliling 12 hingga 13 jam, bergantung pada perubahan daylight saving. Selama ini, Viki mengandalkan platform seperti IslamicFinder Buat mengetahui jadwal sahur dan berbuka puasa.
Meski harus beradaptasi dengan lingkungan yang Tak seramai Indonesia selama Ramadan, Viki tetap berusaha menjaga tradisi dengan memasak makanan khas seperti kolak pisang atau biji salak. Buat mendapatkan bahan-bahan khas Indonesia, ia kerap berbelanja di toko Asia di Virginia dan Maryland, atau melalui aplikasi daring.
Pengalaman Aneh Viki
Ramadan di Amerika Perkumpulan juga membuka Kesempatan bagi Viki dalam menjalin persahabatan lintas budaya. Ia kerap menghadiri acara buka puasa Berbarengan yang diadakan komunitas muslim dari berbagai negara, seperti Pakistan. Ketika berbuka dengan komunitas Pakistan, ia berkesempatan mencicipi hidangan khas seperti naan, chicken korma, dan pakora.
Sementara itu, Permias DC, organisasi mahasiswa Indonesia di ibu kota AS, bekerja sama dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Washington DC dalam mengadakan acara buka puasa bagi mahasiswa perantau.
Salah satu tempat yang menjadi pusat kegiatan Ramadan bagi komunitas muslim Indonesia di Washington adalah IMAAM Center. Masjid ini didirikan oleh komunitas muslim Indonesia dan diresmikan Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono, pada tahun 2014.
Di sana, Viki dan sesama muslim dapat menikmati takjil gratis serta mengikuti salat tarawih berjamaah. Ketika Idulfitri tiba, KBRI Washington DC juga menyelenggarakan Open House, di mana masyarakat Indonesia Dapat berkumpul, bersilaturahmi, dan menikmati hidangan khas Indonesia.
“Berpuasa di Amerika Perkumpulan memberi saya pengalaman Aneh dalam memahami bagaimana menjadi bagian dari minoritas. Saya belajar banyak tentang toleransi, menghormati keberagaman, dan tetap menjaga identitas sebagai seorang muslim,” pungkas Viki.
Baca juga: Kedubes Singapura Gelar Bukber Berbarengan 100 Anak Yatim dan 30 Ulama Muda