KEPALA ekonom Bank Permata Josua Pardede meramalkan penurunan kinerja penjualan ritel akan Maju berlanjut. Menurutnya, hal itu bakal terjadi selama belum Terdapat kebijakan konkret dari pemerintah, terutama dari sisi permintaan dalam rangka mendongkrak daya beli masyarakat kelas menengah yang tengah terpuruk.
“Selama belum Terdapat kebijakan yang signifikan dari pemerintah Demi menggenjot daya beli kelas menengah, penurunan IPR (Indeks Penjualan Riil) diperkirakan akan berlanjut hingga tahun depan,” ungkapnya, Selasa (12/11).
Rilis Bank Indonesia (BI) mencatat kinerja penjualan eceran yang merosot signifikan, tecermin dari IPR pada Oktober 2024 diperkirakan mencapai 209,5 atau tumbuh sebesar 1,0% secara tahunan (yoy). Bilangan tersebut menurun dibandingkan IPR September 2024 yang tercatat 210,6 atau tumbuh 4,8% (yoy).
Josua memperkirakan, anjloknya penjualan ritel akan Maju terjadi hingga periode Idul Fitri 2025. Hal itu tak lepas dari keputusan masyarakat kelas menengah yang kini hanya belanja Demi kebutuhan Istimewa saja.
Kondisi itu diperparah oleh fenomena pemutusan Interaksi kerja (PHK) di beberapa industri manufaktur.
“Kinerja penjualan ritel yang mengalami perlambatan dan turunnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) mengindikasikan penurunan daya beli masyarakat,” ucapnya.
Josua mengatakan seluruh Grup pengeluaran mengalami penurunan indeks, kecuali Grup konsumen dengan pengeluaran antara Rp1 juta-Rp2 juta yang mengharapkan kelanjutan program pemerintah penyaluran Donasi langsung Kas mitigasi risiko pangan (MRP).
Dalam rilisnya, BI menyebut kinerja penjualan eceran pada Oktober 2024 ditopang oleh peningkatan penjualan Grup barang budaya dan rekreasi, Bangsa cadang dan aksesori, serta subkelompok Pakaian.
Secara bulanan, penjualan eceran dikatakan membaik meski Tetap mengalami kontraksi sebesar 0,5% (mtm). Perbaikan didorong oleh kenaikan penjualan subkelompok Pakaian, Grup perlengkapan rumah tangga lainnya, serta Bangsa cadang dan aksesori didukung oleh kelancaran distribusi. (E-2)