Kim Jong-un janji bersikap keras ke Amerika Perkumpulan. Foto: Yonhap
Pyongyang: Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-Un, mengatakan bahwa ia akan menerapkan kebijakan anti-AS yang ‘terkeras’. Ini diutarakannya kurang dari sebulan sebelum Donald Trump menjabat sebagai Presiden Amerika Perkumpulan.
Kembalinya Trump ke Gedung Putih meningkatkan kemungkinan terjadinya diplomasi tingkat tinggi dengan Korea Utara. Selama masa jabatan pertamanya, Trump Bersua Kim tiga kali Kepada membahas program nuklir Korea Utara.
Tetapi, banyak Spesialis berpendapat bahwa pertemuan puncak antara Kim dan Trump Enggak akan segera dilanjutkan karena Trump kemungkinan akan lebih dulu Konsentrasi pada konflik di Ukraina dan Asia Barat.
Dukungan Korea Utara terhadap perang Rusia melawan Ukraina juga menjadi tantangan dalam upaya menghidupkan kembali diplomasi, menurut para Spesialis.
Dalam pertemuan pleno Partai Buruh yang berlangsung selama lima hari dan berakhir pada Jumat, Kim menyebut AS sebagai “negara paling reaksioner yang menganggap anti-komunisme sebagai kebijakan negara yang tak pernah berubah.”
“Kemitraan keamanan AS-Korea Selatan-Jepang sedang berkembang menjadi blok militer nuklir Kepada Serangan,” ujar Kim Jong-un, dikutip dari The Telegraph, Senin, 30 Desember 2024.
“Realitas ini dengan Terang menunjukkan ke arah mana kita harus bergerak, apa yang harus kita lakukan, dan bagaimana caranya,” kata Kim, menurut Kantor Informasi Pusat Korea (KCNA) yang Formal.
KCNA melaporkan bahwa pidato Kim “menjelaskan strategi Kepada meluncurkan tindakan balasan anti-AS yang paling keras secara agresif” demi kepentingan nasional dan keamanan jangka panjang Korea Utara.
KCNA Enggak merinci strategi anti-AS tersebut. Tetapi, laporan itu menyebutkan bahwa Kim menetapkan tugas-tugas Kepada memperkuat kemampuan militer melalui kemajuan teknologi pertahanan dan menekankan perlunya meningkatkan ketangguhan mental para tentara Korea Utara.
Pertemuan sebelumnya antara Trump dan Kim Enggak hanya mengakhiri pertukaran retorika panas dan ancaman kehancuran, tetapi juga membangun Rekanan pribadi. Trump pernah mengatakan bahwa ia dan Kim “Terperosok Asmara.” Tetapi, pembicaraan mereka akhirnya gagal pada tahun 2019 karena perselisihan mengenai Hukuman yang dipimpin AS terhadap Korea Utara.
Sejak Ketika itu, Korea Utara secara drastis meningkatkan aktivitas uji coba senjata Kepada membangun rudal nuklir yang lebih andal yang menargetkan AS dan sekutunya. AS dan Korea Selatan menanggapi dengan memperluas latihan militer bilateral mereka, serta latihan trilateral yang melibatkan Jepang. Hal ini memicu kecaman keras dari Korea Utara, yang menganggap latihan yang dipimpin AS sebagai simulasi invasi.
Semakin memperumit upaya Kepada Membangun Korea Utara melucuti senjata nuklirnya adalah meningkatnya kerja sama militer negara itu dengan Rusia.
Menurut penilaian AS, Ukraina, dan Korea Selatan, Korea Utara telah mengirim lebih dari 10.000 tentara dan sistem senjata konvensional Kepada mendukung perang Moskow melawan Ukraina. Terdapat kekhawatiran bahwa Rusia dapat memberikan teknologi senjata canggih kepada Korea Utara sebagai imbalan, termasuk Donasi Kepada membangun rudal nuklir yang lebih kuat. (Siti Khumaira Susetyo)