Kiat Mengembangkan Usaha Fesyen Iuran pertanggunganum ala Artkea

Kiat Mengembangkan Usaha Fesyen Premium ala Artkea
Chief Marketing Officer Artkea, Atya Irdita Sardadi, menjelaskan lini-lini produk Artkea.(Dok. MI)

MENAWARKAN produk dengan harga berlipat-lipat kali lebih tinggi daripada barang serupa di pasaran tentu bukan hal mudah. Tetapi, jenama fesyen lokal, Artkea, mampu melakukannya. Senang ‘repot’ menjadi salah satu kunci yang membuat merek ini tidak hanya mampu bertahan selama lebih dari tiga dekade, tetapi juga terus berkembang.

Bagaimana kiatnya? Berikut penjelasan desainer yang juga Chief Marketing Officer Artkea, Atya Irdita Sardadi, pada peresmian flagship store pertama Artkea di Plaza Indonesia, Jakarta, baru-baru ini. Toko berkonsep one stop shopping ini menampilkan lini-lini produknya yaitu Classic, Lace, Stripes, Bloom, dan Colours.

Ciptakan Keistimewaan Produk

Produk yang memiliki added value atau nilai lebih membuatnya unggul jika dibandingkan dengan produk sejenis lainnya. Keistimewaan itu menjadi salah satu kunci agar produk premium bisa diterima konsumen. Keistimewaan Artkea antara lain terletak pada penggunaan kain yang 100% terbuat dari serat alami, seperti sutra, katun, dan linen. Kain jenis ini lebih nyaman dipakai daripada kain yang terbuat dari serat sintetis seperti poliester. Keistimewaan lainnya adalah desain elegan dan pengerjaan yang rapi.

Cek Artikel:  Tingkatkan Kualitas Hidup, Ajak Kerabat Lansia Bermain Puzzle dan Senam Otak

Baca juga : Ikuti Perkembangan Fesyen, Felancy Berinovasi dengan Logo Baru

“Kami senang repot, dalam arti memperhatikan semua aspek sampai ke hal-hal detail. Teladannya, untuk baju di lini Stripes yang menggunakan kain bermotif garis, selain jahitan harus super rapi, enggak boleh ada bagian yang ‘keriting’, pada bagian jahitan motif garis harus ketemu garis mili by mili, jadi nyambung. Buat itu, quality control harus kuat,” terang Atya.     

Pahami Kebutuhan Konsumen

Taatp peluncuran produk baru perlu didahului riset mendalam untuk memahami kebutuhan konsumen dan perkembangan tren fesyen. Inilah yang dilakukan Artkea. Atya mengisahkan lahirnya lini produk Lace. Awalnya, ia dan sang ibu yang juga pendiri Artkea, Tini Sardadi, merasakan kebutuhan akan pakaian formal ready to wear untuk acara resmi seperti resepsi. Tetapi mereka sering kesulitan saat mencari pakaian yang cocok dari segi desain, waktu, dan biaya. Macam-macamnya, kendala tersebut juga dialami oleh banyak orang. Maka, tercetuslah ide untuk membuat pakaian formal berbahan brokat yang akhirnya menjadi lini produk Lace.

Cek Artikel:  Empat Langkah Matang Nasi agar Lebih Sehat, Nikmat dan Rendah Kalori

Pantau Tren, Lalu Berinovasi

Demi ini Artkea memiliki lima lini produk. Kelimanya lahir satu demi satu sebagai hasil inovasi yang tak henti. Demi didirikan pada 1993, Artkea memulai perjalanannya dengan produk aksesori rambut eksklusif. Seiring berjalannya waktu, koleksinya bertambah, mulai dari bando dan jepit rambut, kerudung, selendang, hingga mukena mewah yang kemudian masuk dalam lini produk Classic.

Baca juga : Gerak Berbarengan Bentukkan Ekonomi Sirkular Hindari Akibat Fast Fashion

Baru pada 2017, Artkea meluncurkan pakaian ready to wear dalam lini Lace. Koleksinya mencerminkan esensi busana koktail Indonesia dengan sentuhan klasik dan modern pada material brokat dengan desain yang abadi. Lewat, pada 2019, lini Stripes hadir dengan fokus pada motif garis dipadu aplikasi brokat dan pleats. Koleksi ini menampilkan kesan kasual yang elegan.

Cek Artikel:  Pameran Pernikahan Novotel Tangerang Tawarkan Bonus Ratusan Juta

Pada 2021, inovasi kembali dilakukan melalui lini Bloom yang menampilkan desain motif orisinal dan ilustrasi digital sarat detail, menjadikan pemakainya terlihat unik namun tetap anggun. Lewat, untuk tampilan simpel namun terkesan mewah dan berani, pada 2022 lahir lini Colours yang menawarkan koleksi berbahan satin dan katun berwarna-warni.

Edukasi Konsumen

Menawarkan produk premium berarti harus siap menghadapi konsumen yang membandingkan harganya dengan produk merek lain. Di sinilah pentingnya edukasi konsumen agar mereka memahami apa keunggulan produk yang membuat harganya lebih tinggi. “Kita harus mampu menjelaskan nilai lebih produk kita, termasuk menonjolkan craftsmanship dan hal-hal detail,” pungkas Atya. (B-1)

Mungkin Anda Menyukai