Ki Hajar Dewantara yang Membebaskan

MENGAPA Ki Hajar Dewantara dinobatkan sebagai Bapak Pendidikan Indonesia? Mengapa pula Copot kelahirannya, 2 Mei, dijadikan sebagai Hari Pendidikan Nasional? Pertanyaan itu, hari-hari ini, kembali mencuat seiring dengan diperingatinya Hari Pendidikan Nasional, yang tahun ini bertepatan dengan Idul Fitri.

Jawabannya simpel, yakni karena sejarah kehidupan Ki Hajar Dewantara dari sejak remaja hingga meninggal nyaris Tak pernah beringsut dari ikhtiar keras memperjuangkan pendidikan Demi anak bangsa lainnya. Jalan hidupnya seolah ditakdirkan Demi memperjuangkan pendidikan, betapa pun rumit dan sulitnya keadaan.

Ki Hajar Dewantara seperti Tak pernah kehabisan Daya. Hasratnya Demi membebaskan kaumnya sebangsa dan setanah air dari cengkeraman Belanda Lalu meledak meletup. Itu pula yang ia lakukan Ketika menjadi penulis. Ia berjuang dengan penanya.

Pada 1913, pemilik nama Asli Raden Mas Soewardi Soeryaningrat itu membentuk Komite Bumiputera. Lewat komite tersebut, Ki Hajar mengkritik pemerintah Belanda yang bermaksud merayakan seratus tahun bebasnya negeri Belanda dari penjajahan Prancis dengan menarik pajak dari rakyat Hindia Belanda.

Ki Hajar Dewantara mengkritik penarikan upeti Demi perayaan tersebut melalui dua tulisan. Pertama, tulisan berjudul Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya Saya Seorang Belanda). Kedua, Een voor Allen maar Ook Allen voor Een (Satu Demi Seluruh, tetapi Seluruh Demi Satu Juga).

Dua tulisan itulah yang mengantar Ki Hajar Dewantara ke penjara. Ia ditangkap pemerintah Hindia Belanda Demi diasingkan ke Pulau Bangka. Tetapi, ia menegosiasikan diri agar Dapat dikirim ke Belanda. Sepakat, pemerintah pun mengizinkannya pergi ke Belanda.

Cek Artikel:  Momentum Listyo Sigit

Di ‘Negeri Kincir Angin’ itulah ia belajar tentang pendidikan dan pengajaran. Ia meraih prestasi tinggi dengan memperoleh Europeesche Akter. Sekembalinya dari pengasingan, pada 1918, Ki Hajar Dewantara pun bertekad membebaskan rakyat Indonesia dari kebodohan. Sebuah perjuangan meraih kemerdekaan melalui jalur pendidikan. Lewat pendidikan, ia membuka kesadaran rakyat tentang pentingnya merdeka.

Demi tujuan itu, di usia 40 tahun, ia rela menanggalkan atribut kebangsawanannya demi Dapat lebih dekat dengan sesama anak bangsa agar ‘virus’ pendidikan Segera menyebar. Ia Tak Ingin gelar raden menjadi tabir perjuangannya.

Ki Hajar Dewantara juga aktif menulis dengan tema pendidikan dan kebudayaan berwawasan kebangsaan. Melalui tulisannya tersebut, dia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia Demi jangka panjang.

Cek Artikel:  Mencetak Rekor Jumlah Menteri

Setelah Indonesia merdeka, Ki Hajar Dewantara pun diangkat menjadi menteri pendidikan pertama. Nama kementeriannya Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan. Ketika itulah, Ki Hajar Dewantara meletakkan dasar-dasar Krusial pendidikan Demi Indonesia.

Kini, Ketika usia Republik ini Nyaris 77 tahun, kita Lagi harus Lalu berjuang Meningkatkan kualitas pendidikan yang Lagi belum memuaskan. Posisi Indonesia di tingkat dunia dari segi sistem dan kualitas pendidikan Lagi jauh dari peringkat terbaik.

Berdasarkan data yang dipublikasikan World Population Review, pada 2021 Indonesia Lagi berada di peringkat ke-54 dari total 78 negara yang masuk pemeringkatan tingkat pendidikan dunia.

Tetapi, setidaknya posisi tersebut naik satu peringkat Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang Terdapat di peringkat ke-55.

Dari acuan tersebut pula, Indonesia Lagi kalah unggul dengan berada di posisi ke-4 Apabila dibandingkan dengan sesama negara yang berada di kawasan Asia Tenggara seperti Singapura di peringkat ke-21, Malaysia di peringkat ke-38, dan Thailand di peringkat ke-46.

Bukan perkara baru, permasalahan itu sudah disorot sejak Lamban. Hulunya sudah diketahui, yakni Lagi tambal sulamnya sistem pendidikan dan standar kualitas pengajar yang belum memuaskan. Kompetensi guru di Indonesia, kata sejumlah pengamat pendidikan, Lagi sangat rendah. Hasil Uji Kompetensi Guru (UKG), misalnya, mengonfirmasikan penilaian tersebut. Nilai UKG yang diperoleh rata-rata Lagi di Dasar 5.

Cek Artikel:  Cerah Buram Ekonomi Kita

Padahal, kualitas murid di kita Lagi dipengaruhi tenaga pengajar yang kompeten. Kondisi itu Lagi ditambah perkara guru honorer yang belum kunjung tuntas. Penghargaan terhadap guru, meski membaik dari waktu ke waktu, belum Dapat dikatakan maksimal. Sistem pembelajaran, atau kurikulum, juga Lagi baku dan membelenggu. Kurikulum pendidikan Lagi membatasi kreativitas dan perluasan wawasan murid karena Bilangan pada nilai Lagi menjadi satu-satunya indikator dan patokan kecerdasan, selain Lagi pula kuatnya pengotak-ngotakan minat.

Pendidikan yang membebaskan, memerdekakan, Tak cukup sebagai slogan. Bukan perkara mudah mewujudkannya, tapi ia merupakan langkah yang Pas. Butuh ikhtiar superkeras Demi mewujudkannya. Perlu kesabaran Demi membongkar Langkah berpikir yang kelewat kaku dan beku. Selamat berjuang, selamat Hari Pendidikan Nasional.

Mungkin Anda Menyukai