1 Oktober 2022: Ketika sepak bola berujung pada bencana kemanusiaan
Sepakbola
Calista Aziza
Selasa, 01 Oktober 2024 – 06:00 WIB
Liputanindo.id – Peristiwa kericuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, pada Sabtu malam, 1 Oktober 2022, menjadi salah satu tragedi paling memilukan dalam sejarah sepak bola Indonesia. Tragedi ini terjadi setelah pertandingan antara Arema FC dan Persebaya Surabaya yang berakhir dengan kekalahan Arema 2-3 dari rival abadinya tersebut. Hasil ini memicu kekecewaan besar di antara suporter tuan rumah, yang berujung pada kericuhan massal.
Setelah pertandingan usai, ribuan suporter Arema menyerbu lapangan sebagai bentuk protes terhadap hasil pertandingan. Aksi tersebut disambut oleh aparat keamanan yang mencoba mengendalikan situasi dengan menggunakan gas air mata. Penggunaan gas air mata inilah yang memperburuk keadaan, memicu kepanikan di antara penonton yang berusaha menyelamatkan diri dari sesakan dan kekacauan yang terjadi di tribun stadion. Banyak korban terinjak-injak saat mencoba melarikan diri menuju pintu keluar yang terbatas.
Menurut laporan resmi, lebih dari 130 orang meninggal dunia akibat kericuhan ini, termasuk dua anggota kepolisian. Ratusan lainnya mengalami luka-luka. Insiden ini tidak hanya menyisakan duka mendalam bagi keluarga korban, tetapi juga mengguncang dunia sepak bola internasional, yang mengutuk peristiwa tragis tersebut.
Baca juga PSSI usulkan 1 Oktober hari libur sepak bola hormati korban Kanjuruhan
Penyelidikan atas kejadian ini menyoroti berbagai faktor yang berkontribusi terhadap tingginya jumlah korban jiwa. Kapasitas stadion yang melebihi batas, infrastruktur yang kurang memadai, dan penggunaan gas air mata di area tertutup menjadi sorotan utama. Penggunaan gas air mata di dalam stadion dianggap sebagai pelanggaran regulasi FIFA, yang melarang penggunaan bahan tersebut di dalam stadion sepak bola karena potensi bahayanya terhadap penonton.
Presiden Joko Widodo segera menginstruksikan agar Perserikatan 1 dihentikan sementara dan meminta penyelidikan menyeluruh atas insiden tersebut. Selain itu, evaluasi menyeluruh terhadap manajemen keamanan stadion di seluruh Indonesia juga menjadi agenda utama pemerintah pasca tragedi ini.
Peristiwa ini mendapatkan perhatian besar dari dalam dan luar negeri. Klub-klub sepak bola dunia, federasi sepak bola internasional, dan berbagai organisasi kemanusiaan menyampaikan belasungkawa mendalam kepada para korban dan keluarganya. FIFA dan AFC (Konfederasi Sepak Bola Asia) turut menyampaikan keprihatinan dan meminta agar kasus ini diinvestigasi dengan transparan.
Di Indonesia, peristiwa ini juga memicu diskusi mendalam tentang keamanan stadion, rivalitas suporter, serta pentingnya reformasi dalam tata kelola sepak bola nasional. Pemerintah berjanji akan memperbaiki sistem pengamanan stadion dan mengkaji ulang regulasi terkait penyelenggaraan pertandingan besar.
Kericuhan di Stadion Kanjuruhan ini tidak hanya meninggalkan luka mendalam bagi dunia olahraga Indonesia, tetapi juga menjadi pengingat akan pentingnya keselamatan dan keamanan dalam setiap event olahraga. Tragedi ini diharapkan menjadi titik balik untuk perubahan yang lebih baik di masa depan.
Tragedi di Stadion Kanjuruhan adalah salah satu momen kelam dalam sejarah sepak bola Indonesia. Dengan korban jiwa yang begitu banyak, peristiwa ini menjadi pengingat betapa pentingnya perbaikan dalam manajemen keamanan stadion, regulasi, dan tanggung jawab dalam menyelenggarakan pertandingan sepak bola. Sepak bola seharusnya menjadi ajang yang mempererat persatuan, bukan menimbulkan kericuhan dan korban jiwa.
Baca juga Tragedi Kanjuruhan dan gas air mata
Sumber : Sumber Lain