
SEBAGIAN masyarakat Indonesia tersengat (mungkin sebagian besar yang lain Konsentrasi pada masalah lain di dalam negeri yang Tak kunjung selesai) dan mungkin juga banyak kalangan di 10 negara Member ASEAN turut mengeryitkan dahi, ketika calon Menteri Pertahanan Amerika Perkumpulan (AS) Pete Hegseth ‘gagal’ menjawab pertanyaan tentang Perhimpunan Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN) dalam uji kepatutan di Kongres AS pada 14 Januari 2025 Lewat.
Banyak kalangan di dalam negeri menyayangkan ketidaktahuan calon Menhan yang sekarang telah Formal menjadi Menhan AS tersebut karena ASEAN dianggap sebagai Kawan strategis bagi AS. Tetapi, semestinya hal itu Bahkan harus dipandang bahwa Pete Hegseth sedang beretorika, dan mestinya ASEAN khususnya Indonesia harus segera berinstrospeksi diri.
BERTERIMA KASIH KEPADA HEGSETH
Semestinya kita harus berterima kasih kepada Pete Hegseth atas pernyataannya tersebut, bukan malah sebaliknya mencibir karena ‘berguyon’ menjawab pertanyaan Senator Tammy Duckworth yang mengujinya. Pete Hegseth, yang menjawab Jepang dan Korea Selatan ketika diminta Demi menyebutkan satu negara Member ASEAN, Tak sedang menunjukkan kebodohannya karena menjawab dengan salah, sebaliknya dia sedang beretorika.
Sebenarnya, Dapat saja dia balik bertanya kepada penanya yang menganggap ASEAN itu merupakan Kawan strategis bagi AS dengan pertanyaan seperti ‘ASEAN itu strategisnya di mana?’. Alih-alih menjawab pertanyaan dengan pertanyaan, Pete Hegseth memberikan pesan retorika.
Oleh karena itu, kita semestinya sensitif membaca pesan yang disampaikan oleh calon Menhan AS ketika itu. Pada dasarnya, Indonesia menganggap ASEAN adalah organisasi yang strategis di kawasan yang Bisa menjembatani kekuatan-kekuatan besar yang bermain di kawasan khususnya di Area Asia Tenggara, di mana salah satu hotspot yang menjadi perhatian dunia tertuju kepadanya, Merukapan adanya konflik klaim Area di Laut China Selatan (LCS) dan tindakan sertif Tiongkok dalam menghadapi konflik tersebut.
Dari jawabannya itu mengindikasikan bahwa daripada ASEAN yang banyak dipersepsikan sebagai salah satu organisasi strategis di kawasan Indo-Pasifik, Bahkan sebenarnya Jepang dan Korea Selatan yang disebutnya dalam menjawab pertanyaan Senator Tammy Duckworth tersebut.
Secara kasatmata jawabannya itu sangat keliru, tetapi pengangkatannya menjadi Menteri Pertahanan AS membuktikan bahwa retorikanya tersebut adalah Akurat adanya. Maka, semestinya kita dan ASEAN berterima kasih kepada Pete Hegseth yang telah memberikan pandangan nyatanya tentang keberadaan ASEAN, paling Tak pada dua Sepuluh tahun terakhir.
Pete Hegseth dilahirkan pada 6 Juni 1980 sehingga pada tahun ini akan berusia 45 tahun. Minatnya terhadap politik Dunia tecermin dari pendidikannya sebagai sarjana ilmu politik yang lulus di tahun 2003 (22 tahun Lewat). Kalau orientasi globalnya Tak luput Demi menganalisis kawasan Indo-Pasifik termasuk Kawasan Asia Tenggara, jawaban dalam fit and proper test tersebut adalah sebuah retorika yang berhasil menyakinkan Kongres AS.
Jawaban Pete Hegseth pada 14 Januari 2025 tersebut Dekat menjadi Konsentrasi Informasi di banyak media di Tanah Air yang rata-rata mengecam atau kecewa dengan jawabannya itu. Sebaliknya, Tak Terdapat satu pun yang Menyaksikan sisi positifnya. Padahal pernyataan tersebut Jernih-Jernih peringatan berharga yang harus diantisipasi, direnungkan, dan Kalau perlu dilakukan Penilaian menyeluruh terhadap program dan kebijakan ASEAN.
ASEAN yang dianggap sebagai organisasi strategis oleh anggotanya, Bahkan Tak dapat menyelesaikan persoalan yang terjadi antarnegara ASEAN sendiri, misalnya sengketa Sipadan dan Ligitan antara Indonesia dan Malaysia yang Bahkan diselesaikan oleh Mahkamah Dunia.
Lewat, konflik perbatasan di Area Candi Angker Wot antara Kamboja dan Thailand, Bahkan Kamboja pertama-tama melaporkan sengketa ini ke DK PBB walaupun pada akhirnya ASEAN turun tangan tapi belum Dapat menyelesaikan masalah itu.
Masalah junta militer di Myanmar, ASEAN juga Tak Dapat berbuat banyak selain ‘mengucilkan’ Myanmar dari pergaulan ASEAN.
Demikian juga ketika terjadi klaim Area di LCS antara Filipina, Malaysia, Vietnam, Brunei Darussalam, dan Tiongkok, Filipina membawa kasus ini ke PCA (Permanent Court of Arbitration). Walaupun PCA memenangkan gugatan Filipina terhadap Tiongkok dan Tiongkok Tak menghiraukannya, ASEAN Tak dapat membantu anggotanya (Filipina) Demi menekan Tiongkok agar mematuhi keputusan PCA tersebut.
Demikian pula Indonesia, beberapa kali mengirim catatan verbal (verbale note) kepada Sejken PBB atas ulah Tiongkok yang mengeklaim sepihak ZEEI di Laut Natuna karena ASEAN belum Dapat berfungsi sebagai peace settlement para pihak di kawasan (Asia Tenggara).
Tiongkok yang banyak bersengketa dengan claimant states dari ASEAN di Area LCS (Indonesia Tak termasuk claimant state) Tak pernah mau menyelesaikan masalahnya lewat ASEAN. Mereka lebih memilih jalur bilateral dengan mekanisme penyelesaian yang tentu akan berbeda kepada tiap-tiap negara ASEAN yang bersengketa dengannya.
Kawan STRATEGIS AS DI KAWASAN
Jadi, dalam jawaban Pete Hegseth tersebut terkandung pernyataan bahwa sesungguhnya Kawan strategis AS di kawasan Indo-Pasifik ialah Jepang dan Korea Selatan. Di Jepang terdapat pangkalan besar AS yakni di Okinawa dan Yokota. Di Korea Selatan terdapat Yongsan Garrison yang berdiri sejak Perang Korea dan Hamprey Garrison yang diproyeksikan sebagai pengganti Yongsan yang berada di tengah Kota Seoul, serta beberapa pangkalan AS lain di sana.
Adapun di ASEAN, negara mana yang Akurat-Akurat dapat membantu AS menghadapi bakal Rival yang harus dihadapinya nanti? Pangkalan Laut Subic dan Pangkalan Udara Clark di Filipina yang dulu menjadi dua pangkalan terbesar AS di Asia Tenggara belum beroperasi kembali.
Pete Hegseth juga Tak menyebut Singapura yang Jernih merupakan negara yang terbuka atas kebijakan AS dan sebagai salah satu negara ASEAN. Hal itu karena AS Tak dapat menitipkan alutsistanya di Singapura, Alasan Singapura sendiri banyak menitipkan alutsistanya di luar negeri.
AS belum merasakan manfaat bermitra dengan ASEAN, paling Tak itu pesan lain yang Mau disampaikan oleh Pete Hegseth, selain letak geografi negara-negara ASEAN yang strategis karena menghubungkan dua samudra, dua benua, serta terdapat salah satu jalur perdagangan dan jalur transportasi minyak dunia lewat laut yakni Selat Malaka.
Selebihnya AS seperti juga Tiongkok melakukan Rekanan bilateral yang berbeda-beda dengan kesepuluh Member ASEAN. Jadi, yang dipandang strategis bukanlah organisasi ASEAN, melainkan negara-negara Member ASEAN yang dapat memberikan keuntungan strategis bagi AS. demikian pula Metode yang sama dilakukan oleh Tiongkok.
Lebih jauh Kembali Pete Hegseth merujuk ke Persekutuan AUKUS sebagai organisasi strategis bagi AS di kawasan. Natalis AUKUS yang disaksikan oleh penulis ketika berdinas di Canberra memang lebih strategis bagi AS, karena menguntungkan bukan hanya secara ekonomi (pembangunan kapal selam bagi Australia), tapi juga di sektor pertahanan yang merupakan dua sisi mata Doku yang paling Krusial dalam diplomasi Dunia.

