KETUA Lumrah Kadin Jakarta, Diana Dewi, mengatakan bahwa aksi demonstrasi memiliki dampak bagi perusahaan. Demo yang dilakukan buruh akan membuat stagnasi jalannya suatu usaha, produksi tidak akan berjalan baik. Sementara bila demo yang dilakukan oleh mahasiswa, tentu berdampak pada mobilitas usaha oleh karena kondisi jalan macet atau sengaja ditutup atau mengalami peralihan rute.
“Apalagi demo sampai anarkhis tentu berdampak pada ekonomi secara umum, di mana pelaku usaha merasa tidak aman dalam berusaha di suatu wilayah/negara. Ini jelas merugikan perekonomian di negara tersebut karena investor tidak akan berani menanamkan modalnya di negara/wilayah yang dirasa tidak aman,” ujarnya kepada Media Indonesia, Minggu (25/8).
Demo yang berkepanjangan atau berlangsung terus menerus akan mendorong inflasi dan melemahnya nilai tukar mata uang kita di pasar global. Juga melahirkan kekhawatiran bagi masyarakat untuk keluar rumah. Hal tersebut tentu akan berdampak pada melemahnya daya beli masyarakat.
Baca juga : Ditanya Aksi Penolakan RUU Pilkada, Presiden: Bagus Itu Aspirasi Masyarakat
“Sebagai bentuk penyampaian aspirasi, tentu saja demo diperbolehkan secara perundang-undangan, sepanjang bisa dilakukan dengan baik dan tidak anarkhis,” imbuhnya.
Sementara itu, terkait sinyal Federal Reserve alias The Fed ingin memangkas suku bunga acuan Fed Fund Rate (FFR) di September 2024 ini, mungkin sesuatu yang baik. Tetapi, nampaknya meski FFR diturunkan, mengingat kurs rupiah terhadap dollar Amerika masih undervalued, sulit bagi Bank Indonesia menurunkan suku bunganya.
“Kalau kita lihat, per 21 Agustus 2024 saja, BI masih menahan rate di level 6,25%. Karena, bukan tidak mungkin penurunan FFR yang dilakukan oleh The Fed membuat dollar Amerika melemah. Tentu kondisi demikian juga tidak diinginkan. Karena itu, kita masih harus mewaspadai penurunan FFR yang dilakukan The Fed,” jelas Diana.
Dia menambahkan para pelaku usaha diharapkan bisa terus memantau perkembangan kurs di pasar global. Karena ada banyak faktor pemicu naik turunnya nilai tukar mata uang, termasuk kondisi geopolitik dunia,” tandasnya.(Z-8)