Ketemu Jokowi, PBNU Bahas Bisnis Triliunan dan Niatan Beli Tanah Ratusan Hektare di IKN

Liputanindo.id – Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) berencana membeli 100 hektare lahan di Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur, Buat membangun fasilitas dan kantor Buat PBNU hingga Kesempatan bisnis bagi organisasi.

“Insya Allah kami Ingin membeli tanah di IKN itu, ya mudah-mudahan Dapat Tiba 100 hektare misalnya, Buat kemudian kami gunakan Buat membangun sejumlah fasilitas Buat organisasi,” kata Ketua Lumrah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf Demi memberi keterangan di Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis.

Hal itu disampaikan Gus Yahya, sapaan akrabnya, usai menemui Presiden Jokowi yang berlangsung selama Nyaris satu Separuh jam.

Gus Yahya mengatakan Presiden Jokowi merestui rencana PBNU tersebut Buat membangun fasilitas pendidikan, kesehatan dan keagamaan di IKN.

Cek Artikel:  Rocky Gerung Sebut Arsjad Rasjid Korban Rekayasa Kubu Anindya Bakrie via Munaslub KADIN

Presiden Jokowi pun, kata Gus Yahya, memberikan saran terkait Letak lahan yang bagus yang Dapat dibeli oleh NU di IKN. Oleh karenanya, PBNU segera berkomunikasi dengan Otorita IKN Buat membahas lebih lanjut rencana tersebut.

“Eksis sejumlah saran-saran beliau mengenai Letak yang bagus Buat Dapat dibeli oleh NU di IKN. Kemudian fasilitas-fasilitas apa yang mungkin Dapat dibangun oleh NU di IKN,” kata Gus Yahya.

Selain membangun fasilitas, PBNU juga mempertimbangkan potensi bisnis di IKN dengan modal yang diperkirakan mencapai Rp2 triliun Tiba Rp3 triliun.

“Yang sekarang kami punya adalah gagasan mengenai konsolidasi Modal Buat itu. Gimana caranya? Nah nilainya Tetap akan kita hitung, ya mungkin kita butuh Sekeliling dua atau tiga triliun rupiah,” kata Gus Yahya.

Cek Artikel:  Kalsel Gelar Festival Wisata Budaya Dunia

Gus Yahya menambahkan bahwa NU meyakini pembangunan di IKN sebuah gagasan Krusial yang harus didukung, terutama dengan landasan undang-undang yang memastikan keberlanjutan pembangunan di IKN.

Mungkin Anda Menyukai