Ketahui Ketika Alat Kontrasepsi Digunakan

Ketahui Kapan Alat Kontrasepsi Digunakan? 
Alat kontrasepsi berperan penting dalam mendukung tujuan KB, menawarkan manfaat kesehatan bagi perempuan.(freepik)

KELUARGA Berencana (KB) merupakan program pemerintah Indonesia yang dimulai sejak 1970. Program ini bertujuan untuk mengendalikan pertumbuhan populasi, membatasi jumlah kelahiran, dan mengatur jarak antar kelahiran demi menciptakan keluarga yang sehat dan sejahtera. 

Program ini diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu dan bayi akibat kehamilan yang tidak diinginkan atau jarak kelahiran yang terlalu dekat. Salah satu cara mendukung program ini adalah dengan menggunakan alat kontrasepsi untuk menunda kehamilan dan mengatur jarak kelahiran. 

Alat kontrasepsi digunakan saat akan berhubungan intim dengan pasangan, dan cara penggunaannya bervariasi tergantung pada jenis alat kontrasepsi, di maba masing-masing memikiki kelebihan dan kekurangan.

Baca juga : Pilihan Kontrasepsi Kondusif untuk Ibu Menyusui: Pengaruhtif Tanpa Mengganggu ASI

Siapa yang Harus Menggunakan Alat Kontrasepsi?

Berdasarkan SDKI 2017, yang dapat menggunakan alat kontrasepsi adalah pasangan yang sudah nemiliki status menikah, yang merujuk pada perempuan usia subur antara 15-49 tahun. Penentuan alat kontrasepsi yang tepat untuk orangtua sebaiknya dilakukan melalui konseling dengan tenaga kesehatan terlatih. Setelah mendapatkan penjelasan, mereka berhak memilih metode kontrasepsi yang diinginkan.

Cek Artikel:  Langkah Awal Hindari Stroke dengan USG Karotis dan Trans Kranial

Di mana mendapatkan alat kontrasepsi?

Kondom pria dapat dibeli di apotek atau minimarket terdekat, sementara alat kontrasepsi untuk perempuan tersedia di puskesmas, klinik, bidan, atau rumah sakit terdekat.

Manfaat Menggunakan Alat Kontrasepsi

Alat kontrasepsi menawarkan berbagai manfaat bagi perempuan yang ingin menghindari kehamilan yang tidak diinginkan. 

Baca juga : 5 Mitos dan Fakta Seputar Alat Kontrasepsi

Secara khusus, alat kontrasepsi hormonal, seperti pil KB, implan, dan IUD, juga memberikan keuntungan lain, seperti:

  • Mengatur siklus menstruasi: Alat ini dapat menyeimbangkan fluktuasi hormon selama siklus menstruasi, membantu mengatasi masalah seperti pendarahan berat dan menstruasi yang tidak teratur, serta gejala sindrom ovarium polikistik (PCOS).
  • Mengurangi nyeri menstruasi: Kurang Lebih 31% perempuan yang menggunakan pil KB melaporkan pengurangan rasa sakit saat haid.
  • Mencegah jerawat hormonal: Perubahan hormon seringkali menyebabkan jerawat, dan pil KB yang mengandung estrogen dan progesteron merupakan salah satu cara yang efektif untuk mengatasi masalah ini.
  • Mengurangi risiko kanker rahim: Penggunaan alat kontrasepsi hormonal dalam jangka panjang dapat menurunkan risiko kanker rahim. Perempuan yang menggunakan pil KB kombinasi memiliki kemungkinan terkena kanker rahim 50% lebih rendah.
  • Mengurangi risiko kista ovarium: Dengan mencegah ovulasi, alat kontrasepsi hormonal dapat membantu menghindari pembentukan kista dan mencegah pertumbuhan kembali kista yang sudah ada.
  • Mengelola endometriosis: Alat kontrasepsi hormonal memungkinkan perempuan untuk melewatkan menstruasi, dengan pil KB dan IUD sering menjadi pilihan yang baik untuk menangani endometriosis.
  • Mengurangi risiko anemia: Beberapa perempuan mengalami pendarahan berat saat menstruasi, dan alat kontrasepsi hormonal dapat membantu dengan cara melewatkan menstruasi, sehingga mencegah anemia terkait menstruasi.
Cek Artikel:  Hujan Ekstrem Ancam 10 Kota Besar, Berikut Prakiraan BMKG Selasa 10 September 2024

Metode Memilih Alat Kontrasepsi yang Cocok

Krusial untuk memahami kamu dan pasangan mungkin memiliki preferensi yang sama atau berbeda terkait alat kontrasepsi. Disarankan untuk mendiskusikan pilihan kontrasepsi dengan pasangan agar dapat menemukan metode yang diterima oleh keduanya. 

Ingatlah bahwa alat kontrasepsi yang terbaik adalah yang aman, nyaman, dan dapat digunakan secara konsisten dan benar.

Pilihan alat kontrasepsi bisa berubah seiring waktu dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:

  • Usia dan riwayat kesehatan.
  • Tujuan reproduksi, seperti jumlah anak yang diinginkan dan keinginan untuk hamil.
  • Dinamika hubungan, termasuk frekuensi berhubungan seksual dan preferensi pasangan.
  • Keyakinan agama.
  • Perbedaan antar cara kontrasepsi, seperti efektivitas dalam mencegah kehamilan, efek samping, biaya, dan kemampuannya dalam mencegah infeksi menular seksual.
Cek Artikel:  Direktorat Jenderal Kebudayaan Kawal Repatriasi 288 Artefak Bersejarah dari Belanda

(Z-3)

Mungkin Anda Menyukai