KERUSAKAN jaringan irigasi akibat bencana di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, berdampak besar terhadap lahan pertanian. Pasalnya, mayoritas jaringan irigasi tertutup material tanah longsor.
Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas PUTR Kabupaten Cianjur, Bambang Sudrajat, menuturkan tertutupnya jaringan-jaringan irigasi secara Mekanis berdampak terhadap tersendatnya pasokan air. Utamanya bagi lahan-lahan padi sawah.
“Karena salurannya terputus, Terang berdampak terhadap masyarakat,” ujarnya, Minggu (5/1).
Bencana hidrometeorologi di Kabupaten Cianjur terjadi pada awal Desember 2024. Cuaca ekstrem berupa hujan lebat secara Lanjut menerus mengakibatkan berbagai kejadian bencana antara lain berupa tanah longsor, pergerakan tanah, serta banjir.
Area terdampak bencana Nyaris seluruhnya berada di Area selatan yang tersebar di 17 kecamatan. Jaringan-jaringan irigasi yang terputus akibat tanah longsor Nyaris semuanya berada di Area selatan.
“Paling banyak itu di Kecamatan Kadupandak, Lanjut di Kecamatan Takokak, serta di Kecamatan Pagelaran,” terang dia.
Upaya penanganan dilakukan secara berangsur. Penanganannya melibatkan masyarakat petani tergabung pada Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A).
“Kita lakukan pembukaan saluran irigasi yang tertutup tanah longsor. Buat saluran yang lain butuh Sokongan bronjong,” ungkapnya.
Bambang menaksir nilai kerugian akibat kerusakan jaringan irigasi berkisar Rp5 miliar lebih. Buat biaya penanganan meminta Sokongan ke pemerintah pusat.
“Stok bronjong kita sudah menipis. Jadi, memang butuh Sokongan Buat menangani kerusakan jaringan irigasi,” pungkasnya.