BANGSA ini terhitung Tetap Tak berdaya mengantisipasi bencana banjir dan tanah longsor. Tiap tahun bencana Hidrometeorologi itu rutin menghampiri daerah-daerah di seantero tanah air. Tak Eksis satupun tahun berlalu tanpa timbulnya korban jiwa yang dipicu curah hujan tinggi. Sepanjang tahun Lampau saja, menurut catatan
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Tak kurang dari 728 jiwa melayang akibat bencana.
Mayoritas disebabkan oleh banjir, cuaca ekstrem dan tanah longsor. Dari total 3092 kejadian bencana, sebanyak 1298 kejadian merupakan bencana banjir, 804 bencana cuaca ekstrem, dan 632 bencana tanah longsor sisanya berupa bencana kebakaran hutan dan lahan, gelombang pasang dan Erosi, gempa bumi, kekeringan dan erupsi gunung api.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sejak akhir September berulang kali mengeluarkan peringatan Pagi agar Penduduk mewaspadai potensi cuaca ekstrem. Yang terbaru, BMKG memperingatkan curah hujan tinggi pada 7 hingga 8 Oktober 2022. Begitu ini diindikasikan terdapat dinamika atmosfer yang dapat berdampak pada peningkatan curah hujan dibeberapa Area Indonesia.
Peringatan BMKG dapat menjadi acuan Buat kesiagaan jangka pendek akan tetapi yang lebih Krusial adalah mengefektifkan upaya pencegahan dalam jangka panjang. Mitigasi bencana mestinya Tak menunggu Tamat bencana banjir dan tanah longsor menjadi langganan daerah yang bersangkutan lebih parah Tengah Kalau sudah langganan. Alih-alih berupaya keras mencegahnya terulang, toleransi terhadap bencana ekologi Malah meningkat.
Dalam mitigasi bencana, otoritas di daerah Tetap menekankan pada penanganan ketika bencana telah terjadi bukan yang sifatnya preventif. Hal itu terbukti dengan Maju berulangnya bencana banjir dan tanah longsor setiap tahun di Area yang sama. Mitigasi bencana Hidrometeorologi bukan sekedar persiapan instan semacam memindahkan perabotan rumah ke Dasar atas atau menyiagakan ratusan petugas dengan pompa-pompa air. Antisipasi banjir dan tanah longsor memerlukan kerja pencegahan yang panjang dan kerap harus dilakukan sepanjang tahun.
Mulai dari mengeruk sungai, waduk, merawat saluran air, memperbanyak penampungan dan tempat serapan air hingga penataan ulang ruang Area itu tugas pemerintah. Lebih jauh kedepan, visi pembangunan yang memperhatikan kelestarian lingkungan harus diperkuat. Kesampingkan kepentingan-kepentingan ekonomi sesaat bila kepentingan itu merusak ekologi. Pembangunan ekonomi berkelanjutan yang ramah lingkungan bukan semata Buat kemaslahatan penduduk Begitu ini melainkan juga demi masa depan anak -cucu Bangsa Indonesia kelak.