Kengerian Kondisi Gaza Dibeberkan oleh Empat Dokter Medis AS

Empat dokter beberkan kondisi menyedihkan yang terjadi di Gaza. Foto: Anadolu

New York: Empat dokter medis dari Amerika Perkumpulan (AS) yang baru saja kembali dari Gaza memberikan laporan yang menyadarkan tentang kondisi yang mengerikan di Palestina. Mereka juga melaporkan kurangnya kebutuhan dasar Demi bertahan hidup serta peralatan medis.

Berbicara pada konferensi pers di markas besar PBB di New York, mereka berbagi pengalaman langsung mereka dengan pasien di Jalur Gaza.

“Kami telah menormalkan pembunuhan pekerja perawatan kesehatan. Itu Kagak hanya akan menjadi masalah di Gaza, itu akan menjadi masalah di seluruh dunia,” kata Dr. Thaer Ahmad, seorang dokter ruang Darurat darurat dari Chicago, seperti dikutip Anadolu, Jumat 31 Januari 2025.

Dr. Ahmad, yang berada di Rumah Sakit Nasser di Khan Younis di Gaza selatan sejak Januari 2024, mengatakan bahwa “mengenakan jas putih” Kagak mencegahnya menjadi sasaran.

Cek Artikel:  Presiden Prancis Dukung Tunda Pengiriman Senjata Buat Israel

Ia menekankan perlunya evakuasi medis, dengan mengatakan: “Itu karena bukan hanya sistem perawatan kesehatan yang menjadi sasaran, tetapi juga para dokter, perawat, paramedis, responden pertama — mereka menjadi sasaran. Mereka terbunuh.”

Dr. Ahmad mengenang dokter Gaza yang “dihilangkan secara paksa” Hussam Serbuk Safiya, dan menyebutnya sebagai Teladan serangan Israel terhadap para pekerja perawatan kesehatan.

Dr. Serbuk Safiya ditahan oleh Laskar Israel Berbarengan dengan yang lainnya selama penggerebekan pada 27 Desember di Rumah Sakit Kamal Adwan di Jalur Gaza.

Meskipun Israel belum mengungkapkan di mana ia ditahan, laporan lokal Palestina menunjukkan bahwa ia ditahan di fasilitas penjara Sde Teiman.

Mengutip gencatan senjata Gaza, Dr. Ahmad memperingatkan tentang risiko orang-orang meninggal “tanpa Dalih” karena kurangnya pasokan medis yang dibutuhkan Demi masuk dan melintasi Gaza.

Cek Artikel:  Amerika Perkumpulan Kucurkan Donasi Tambahan ke Ukraina, Eksis Tank hingga Senjata

“Berdasarkan perjanjian gencatan senjata ini, Sebaiknya Terdapat mekanisme Demi evakuasi medis. Kami Lagi belum Menonton proses itu dijabarkan,” tambahnya.

Ia mengecam “dehumanisasi” terhadap Kaum Palestina dan berpendapat bahwa hukum humaniter Global dan hak asasi Mahluk “berhenti di pesisir Gaza.”

Dr. Ayesha Khan, seorang dokter Darurat darurat dari Rumah Sakit Universitas Stanford, juga berbagi pengalamannya di Gaza.

“Saya telah mengunjungi lebih dari 30 Kawasan di seluruh dunia yang bekerja di bidang kesehatan Mendunia, dan saya belum pernah Menonton apa yang saya lihat di Gaza. Saya berada di sana sejak akhir November hingga Sekeliling 1 Januari (tahun ini),” kata Dr. Khan.

Berjanji Demi “Kagak pernah melupakan pasien mana pun” dari Gaza, Dr. Ayesha mengatakan, “sebagian besar dari mereka yang datang ke unit Darurat darurat adalah anak-anak berusia antara lima dan enam tahun yang mengalami luka akibat ledakan atau luka tembak.”

Cek Artikel:  Trump Sebut Putin Mau Hentikan Kematian Banyak Orang di Perang Rusia-Ukraina

Ia juga menekankan kurangnya nutrisi yang memadai dan mengatakan anak-anak di Gaza akan tetap meninggal meskipun Kagak Terdapat pemboman Israel.

Dr. Khan mengatakan, “sebagian besar anak-anak Kagak Mempunyai orang Uzur yang tersisa.”

“Terdapat 2.500 anak yang harus segera dievakuasi atau akan meninggal dalam beberapa minggu ke depan,” kata Khan.

Ia menekankan bahwa “Kagak Terdapat proses yang berlaku” Demi evakuasi medis, seraya menambahkan “bahkan Kagak Terdapat Obrolan tentang siapa yang dapat mendampingi anak-anak ini.”

Mungkin Anda Menyukai