Kenapa Cuaca Panas Asal Mulakan Rasa Lelah Ini Penjelasan Ilmiahnya

Kenapa Cuaca Panas Sebabkan Rasa Lelah? Ini Penjelasan Ilmiahnya
Penelitian terhadap lalat menunjukkan jika cuaca panas membangkitkan syaraf tertentu yang berhubungan dengan rasa lelah.(Unsplash)

JIKA Anda merasa lebih mengantuk dari biasanya selama cuaca panas belakangan ini, Anda bukan satu-satunya. Rekanan antara suhu udara dan pola tidur juga dapat ditemukan pada spesies bukan manusia. 

 

Dikutip dari Psychology Today, sebuah studi yang dilakukan oleh ahli neurobiologi di Northwestern University menjelaskan alasan biologis mengapa suhu panas dapat menyebabkan rasa lelah dan kecenderungan untuk tidur siang di tengah hari. 

Baca juga : Ini Masalah Kulit Ketika Cuaca Panas dan Langkah Pencegahannya

 

Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa lalat buah menunjukkan perilaku yang telah diprogram untuk beristirahat pada siang hari yang panas. Perilaku ini terkait dengan adanya “reseptor panas absolut” di dekat pangkal antena mereka yang terhubung ke sel-sel saraf di otak mereka. 

Cek Artikel:  KLHK Kebakaran Hutan di Jawa Tengah Letih 183 Hektare

 

Baca juga : Hadapi Musim Kemarau, Ini Kondisi Anak yang Harus Diperhatikan saat Bermain di Luar Ruang

Para peneliti sebelumnya telah menemukan reseptor untuk rasa dingin. Para peneliti menemukan, reseptor panas menjadi aktif ketika suhu naik di atas 77 derajat Fahrenheit atau 25 derajat celcius yang nyaman. Studi ini menunjukkan ada respons saraf langsung terhadap panas yang memengaruhi perilaku lalat.

 

Meskipun penelitian ini berfokus pada lalat buah, penelitian ini menimbulkan pertanyaan menarik tentang potensi kesamaan dalam biologi manusia. Intervensi ini menyiratkan, manusia mungkin juga memiliki mekanisme biologis yang mendasari yang merespons suhu eksternal, yang memengaruhi pola tidur dan tingkat energi kita.

Baca juga : Ciptaan Pakaian Berpendingin untuk Menghadapi Gelombang Panas

Cek Artikel:  Teknik Laparoskopi Percepat Pemulihan Pascaoperasi Hernia Inguinalis

 

Salah satu penulis studi ini, Marco Gallio, menyoroti, meskipun norma-norma budaya (seperti siesta) dapat memengaruhi perilaku manusia terkait tidur siang, mungkin ada juga dasar-dasar biologis yang kuat. Studi ini menunjukkan sirkuit biologis yang sama mungkin ada pada manusia, meskipun penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menjelaskannya.

 

Baca juga : Bahaya Cuaca Panas untuk Kesehatan Jantung

Siklus harian atau diurnal dari bangun, tidur, dan hormon pada manusia berpusat pada SCN (suprachiasmatic nucleus), sekelompok sel saraf di dekat pusat otak, dan suhu mungkin merupakan masukan lain untuk struktur ini, bersama dengan sinyal yang merespons cahaya.

 

Bagi lalat buah, mengantuk dalam cuaca panas hanyalah salah satu perilaku menarik dari serangga kecil ini. Mereka bisa mabuk karena alkohol, setidaknya alkohol menyebabkan mereka kehilangan cengkeraman pada dinding tabung reaksi. 

Cek Artikel:  Kemendikbud Perkuat Peran Anak Muda dalam Merawat Bahasa Indonesia

 

Respons mereka terhadap obat anti-kecemasan dan antidepresan sedang diteliti. Perilaku mereka ditiru oleh sistem AI (kecerdasan buatan) yang dilatih dengan mengamati perilaku lalat buah yang sebenarnya, seperti berjalan, terbang, dan berdandan.

 

Singkatnya, penelitian ini menggarisbawahi peran sirkuit saraf yang peka terhadap suhu dalam mengatur pola istirahat dan aktivitas pada lalat buah, yang mengisyaratkan kemungkinan mekanisme serupa pada manusia. Meniru perilaku serangga kecil ini dengan kecerdasan buatan, dan efek dari obat-obatan yang umum digunakan oleh manusia, memberikan dasar untuk penelitian masa depan tentang persimpangan pengaruh lingkungan dan ritme sirkadian pada lalat dan juga pada manusia. (M-1)

Mungkin Anda Menyukai