Kenali Hipotermia yang Sering Serang Pendaki, Ini Gejala dan Metode Menanganinya

Liputanindo.id – Hipotermia belakangan ini ramai diperbincangkan usai Mortalitas Lilie Wijayati Poegiono dan Elsa Laksono dalam pendakian Puncak Carstensz Pyramid di Mimika, Papua Tengah, akhir Februari kemarin. Orang yang terkena hipotermia pun mengalami risiko Mortalitas.

Dokter spesialis penyakit dalam dari Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) dr. Faisal Parlindungan Sp.PD menyatakan bahwa kondisi hipotermia terjadi karena suhu tubuh menurun menjadi di Dasar 35 derajat Celsius akibat paparan suhu dingin dalam waktu Lamban.

Tetapi demikian, gejala hipotermia bervariasi tergantung pada tingkat keparahannya. Gejala hipotermia ringan (suhu tubuh 32-35°C), menurut Faisal, antara lain tubuh menggigil, kulit pucat dan dingin, bicara melambat atau cadel, serta denyut jantung dan pernapasan sedikit meningkat.

Dokter yang juga berpraktik di Rumah Sakit Abdi Waluyo Jakarta itu menyampaikan bahwa orang yang mengalami hipotermia ringan juga Pandai mengalami kebingungan ringan dan kesulitan berkonsentrasi.

Selain itu, orang yang mengalami kondisi hipotermia sedang (suhu 28-32°C), gejala menggigilnya Pandai mulai berkurang atau berhenti karena tubuh kehilangan kemampuan menghasilkan panas.

Cek Artikel:  Bahaya Polusi untuk Kesehatan Fisik dan Mental Menurut Akademisi UI

Tanda kondisi hipotermia sedang lainnya adalah denyut nadi dan pernapasan melambat, kelemahan otot, koordinasi Tak baik, kesulitan berjalan, disorientasi, kebingungan, bicara Tak Terang, Tak responsif, dan menunjukkan perilaku aneh seperti melepas Pakaian meskipun kedinginan.

Orang dengan kondisi hipotermia berat (suhu kurang dari 28°C), kata Faisal, biasanya Tak sadarkan diri dan mengalami gangguan irama jantung.

“Pernapasan dan denyut jantung sangat Lamban atau sulit dideteksi dan pupil melebar dan Tak bereaksi terhadap Sinar,” katanya, dikutip Antara, Selasa (3/4/2025).

Terkait penanganan pertama pada orang yang terkena hipotermia, Faisal menjelaskan tubuh pendaki harus segera dipindahkan ke tempat yang lebih hangat dan terlindung dari angin, hujan, atau salju serta membantu menghangatkan kembali tubuhnya.

“Kalau seseorang mengalami hipotermia Begitu mendaki gunung, langkah pertama yang harus dilakukan adalah segera menghentikan kehilangan panas dan membantu tubuhnya kembali hangat,” jelasnya.

Cek Artikel:  Rizki Juniansyah Ungkap Makanan yang Wajib Disantap Sebelum Tanding Olimpiade Paris 2024

“Kalau Terdapat tenda, segera masukkan orang tersebut ke dalamnya. Kalau Tak Terdapat tempat berlindung, buat penghalang dari tas atau benda lain Demi melindungi dari angin,” sambung Faisal.

Tetapi apabila kondisi pendaki yang mengalami hipotermia memakai Pakaian basah, maka sebaiknya segera diganti dengan Pakaian yang kering.

“Kalau Tak Terdapat baju ganti, bungkus tubuhnya dengan jaket atau sleeping bag,” tegasnya.

Demi melakukan itu, Faisal menyarankan Pandai menggunakan selimut darurat yang dapat membantu menahan panas tubuh dan kompres hangat Pandai digunakan Demi menghangatkan kembali tubuh penderita hipotermia.

“Isi botol dengan air hangat dan letakkan di area ketiak, leher, atau selangkangan, tempat di mana pembuluh darah besar berada, agar panas lebih Segera menyebar,” jelasnya.

Lampau, kata Faisal, apabila orang yang mengalami hipotermia Tetap dalam keadaan sadar, makanan tinggi kalori dan minuman hangat non-alkohol dan non-kafein Pandai diberikan Demi membantu menghangatkan kembali tubuhnya.

Cek Artikel:  Sering Dianggap Sama, Spesialis Jelaskan Perbedaan Alergi Susu dan Intoleransi Laktosa

“Minuman hangat seperti teh manis atau cokelat panas. Makanan tinggi kalori seperti cokelat atau kacang juga Pandai membantu tubuh menghasilkan panas,” imbuhnya.

Setelah upaya Demi membantu menghangatkan kembali tubuh dilakukan, dokter Faisal menyarankan kondisi penderita hipotermia diperiksa Demi mengetahui apakah suhu tubuhnya sudah kembali ke kisaran normal (36-37°C).

Menurut dia, denyut jantung, tekanan darah, dan pernapasannya juga sebaiknya diperiksa.

“Hipotermia Pandai menyebabkan gangguan ritme jantung (aritmia) dan tekanan darah rendah. Amati apakah Terdapat tanda gangguan kognitif seperti kebingungan atau bicara Tak Terang, yang Pandai menunjukkan cedera akibat dingin atau komplikasi lainnya,” kata dia.

Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa resusitasi jantung dan paru-paru atau pijat jantung harus segera dilakukan kalau orang yang mengalami hipotermia sudah Tak merespons, bernapas sangat pelan, atau bahkan Tak bernapas.

Dalam kondisi yang demikian, ​​​​​​​orang yang bersamanya harus berusaha secepat mungkin meminta pertolongan dari tenaga profesional.

Mungkin Anda Menyukai