Kemerdekaan atas Sumber Daya Alam

Kemerdekaan atas Sumber Daya Alam
(MI/Seno)

PENJAJAHAN yang terjadi di negeri ini di-drive oleh manisnya sumber daya alam kita. Spanyol datang mengibarkan bendera 3G (gold, glory, and gospel), kemudian Belanda dengan VOC (Verenigne de Osth Indische Company). Spanyol memperkuat okupasi politik dagang rempah dari Maluku, sedangkan Belanda seluruh Kawasan Indonesia.

Bukan hanya rempah, sumber daya alam nonhayati juga menjadi objek Pendayagunaan VOC seperti emas. Rakyat dianggap kelas dua yang tertinggal, dibodohi dengan Restriksi pendidikan, akses ilmu pengetahuan, aktivitas dan sosial.

Kotakan kecil kerajaan menjadi ruang otonomi VOC dalam menerapkan politik belah bambu. Kerajaan yang pemimpinnya Kagak punya kesadaran kolektif dan politik tenggelam menjadi koloni Belanda atas nama VOC.

Jadilah kemudian adu domba kerajaan dengan rakyat, kerajaan dengan kerajaan, rakyat dengan rakyat. Tekanan terhadap raja yang penakut, rakyat yang mempunyai sumberdaya Maju berjalan. Berubahlan Pengembangan ekonomi menjadi ruang penjajahan politik dan kekuasaan.

Arus kesadaran koletif yang tumbuh membawa semangat kebangsaan Demi mencari jalan keluar dari Dominasi dagang yang bernama penjajahan. Hilangnya pengakuan Belanda terhadap raja-raja, menjadi kekuatan bagi pemuda dan pemikir bangsa ini merajut kebersamaan.

Kebersamaan Demi bebas secara ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan dan keamanan. Pemufakatan pemuda, kesadaran hak politik bangsa, gerakan organisasi tumbuh menjadi kekuatan baru Indonesia yang bermuara pada kesadaran Serempak Demi merdeka. Proklamasi yang dibacakan Bung Karno dan Hatta ialah buah karya Serempak anak-anak Nusantara, bukan hadiah, bukan hibah apalagi utang yang harus dikembalikan.

Cek Artikel:  Bagaimana NU Bisa Mengurai Sejarah Kelam Tragedi 1965

Kemerdekaan Indonesia bukan Perayaan, jadi harus diisi dengan pembangunan. Soekarno sudah menyampaikan tekad berdikari, bukan bangsa jongos, duduk sama rendah, tegak sama tinggi dengan bangsa asing harus dipegang Kukuh oleh anak bangsa Begitu ini. Maka Demi itu kue kemerdekaan harus dikelola, diisi dan diusahakan, serta dinikmati anak bangsa Indonesia.

Tekad ini sudah terlihat sejak kemerdekaan Tiba puncaknya swasembada beras tahun 1984. Kehadiran teknologi transportasi pesawat, industri kapal, industri bahan baku seperti baja, pupuk dan pertambangan makin mengukuhkan jiwa kebangsaan. Tetapi, arus globalisasi dan kapitalisasi kemudian menyeret ekonomi Pancasila dalam ruang ketidakyakinan Demi Bertanding. Koperasi sebagai salah satu instrumen ekonomi Pancasila tenggelam, akibatnya transaksi Investasi menjadi Corak keseharian ekonomi bangsa. Kita kemudian mulai kehilangan semangat gotong royong, semangat kebersamaan dan semangat kolektivitas.

 

Mengawal investasi

Guliran UU CK Demi mendorong investasi harus diiringi dengan cetak biru pembangunan. Kagak cukup RPJM, Indonesia harus menyiapkan kerangka investasi yang memerdekakan dan mensejahterakan. Penulis Menyaksikan adanya investasi terjebak pada Dominasi asing yang Dapat berujung Pendayagunaan berlebih. Ketertinggal ekonomi daerah produksi seperti Papua yang penduduk miskin Lagi di atas 20%, arus mobilisasi tenaga kerja asing yang mencapai 111537 (BPS,2022) atau naik 26,36%, serta invasi teknologi asing serta putaran ekonomi yang dikendalikan asing.

Pendayagunaan sumber daya alam dan sumber daya Hidup secara masif telah menyebabkan goresan yang dalam dalam SDA kita. Jejak bencana kemudian menjadi tontonan tahunan yang Maju membayangi. Tiba tahun 2020 kejadian bencana mencapai 5003 dengan kerugian lebih dari Rp28 triliun tahun 2020 yang harus diderita dan alami bangsa sendiri. Kita akhirnya sibuk mengurus Akibat daripada mengelola sumber daya alam sendiri. Jadilah kita kehilangan sumber daya tanpa memperoleh apa selain goresan lubang-lubang tambang, hutan gundul, overeksploitasi, dan bencana.

Cek Artikel:  PISA dan Transformasi SDM Unggul

Ketertinggalan ekonomi daerah produksi sudah menjadi tontotan sejak Pelan. Lubang tambang minyak di Aceh-Lhoksemawe, Timah di Bangka, Aspal di Buton, Emas di Timika, Nikel di Gag dan Halmahera, Nikel di Konawe Kagak Pandai membangkitkan ekonomi daerah tersebut. Bahkan, kemudian yang terjadi berbagai masalah sosial di daerah Sekeliling tambang yang menyebabkan degradasi makin besar seperti tambang tanpa izin di Bangka Belitung tanpa dapat dicegah, yang Maju menggerus daerah pesisir.

Mobilitas tenaga kerja asing yang saban hari makin besar mencerminkan tengah terjadi pengurasan SDA kita oleh asing. Ketidakmampuan putra daerah menjadi tenaga kerja, kemudian dieksploitasi atas nama percepatan investasi. Label Kagak Pandai berbahasa asing, Kagak paham teknologi, jenjang pendidikan yang rendah disematkan sehingga tenaga kerja lokal tersingkir.

Apabila kita mau investasi yang menyehatkan, jumlah potensi SDA yang siap dieksploitasi harus dilinierkan ke jumlah tenaga kerja, kapasitas dan umur industri, kebutuhan pendidikan anak bangsa kita. Juga Eksis link dan match antara pendidikan, akses dan kebutuhan tenaga kerja kita.

Maka investasi akan terasa manfaat bagi daerah pemilik sumber daya. Apabila Kagak dan Maju dibiarkan, tanpa dibuat Interaksi dengan pendidikan itu, kita akan kembali kehilangan SDA secara Formal dan formal karena investasi yang dilindungi undang-undang.

Cek Artikel:  Menggagas Pembiayaan UKT Demi Keberlanjutan Pendidikan Tinggi di Indonesia

Invasi teknologi Niscaya akan Maju mewarnai karena dianggap kita Kagak Mempunyai kemampuan. Teknologi baru, dengan sumber daya Orang menjadi Dalih TKA menjadi Krusial, dan transfer akan Pelan ke Indonesia. Sebaiknya disepakati, sejak awal bahwa transfer teknologi dan pengetahuan harus menjadi bagian dari investasi yang harus disediakan anak bangsa ini.

Kondisi yang paling simple Demi disimak dengan skema investasi baru ialah putaran ekonomi dalam urusan food and supply. Investasi tambang oleh asing, sering kita lihat bahwa bahan pangan Lagi diimpor dengan dalih kualitas dan sustainability. Akibatnya, perguliran ekonomi di bidang pangan juga bergulir ke negara luar. Sebaiknya ketika Eksis investasi di suatu daerah, Sekalian suplai pangan harus dilakukan daerah tersebut agar masyarakat dapat manfaat ekonomi dibagian hilir.

Kondisi ini terkesan Lazim dan Lazim terjadi, tetapi dalam jangka panjang akan meninggalkan jejak kemiskinan, kehilangan SDA, kebodohan, bahkan tekanan dan Bentrok sosial. Kembali Kembali seperti sebelum kemerdekaan, jebakan ekonomi investasi kembali menjadi ruang jajahan dan manifesto politik bangsa lain. Mengawal investasi ialah suatu Metode agar kita merdeka dalam mengelolaan sumber daya alam. Kita Kagak boleh Kembali terjebak dua kali dilubang yang sama, dan kapal Indonesia bias berlayar Tiba ke pulau yang menyejahterakan.

Mungkin Anda Menyukai