AKADEMISI Universitas Negeri Semarang (Unnes), Prof Tandiyo, berharap agar pergelaran Pekan Olahraga Nasional (PON) dikendalikan oleh pemerintah pusat khususnya Kementerian Olahraga (Kemenpora). Hal itu merupakan evaluasi dari penyelenggaraan PON 2024 di Aceh Sumatera Utara.
“Apabila PON berikutnya ada di NTB/NTT ada sisi positifnya karena mereka bisa belajar untuk menyelenggarakan multievent sebesar ini. Pemerintah pusat tidak boleh lepas karena menurut saya ada sisi positif, artinya SDM olahraga NTB dan NTT memiliki kesempatan yang besar untuk belajar. Tetapi, kendali sepenuhnya adalah dari Kemenpora,” ucap Prof Tandiyo dalam keterangannya, Selasa (1/10).
Menurut Tandiyo, memang KONI yang bertanggung jawab. Tetapi, sumber pendanaan terbesar berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN).
Baca juga : Pemerintah Pusat Diharapkan Lebih Dilibatkan dalam Pergelaran PON
Definisinya, Kemenpora harus memegang kendali utama dan persiapannya tidak bisa kurang tiga bulan. Persiapan PON butuh waktu yang sangat panjang, apalagi untuk SDM.
PON harus menjadi ajang pembinaan atlet nasional dengan target Olimpiade. Sehingga, ada kesinambungan antara pembinaan di PON dengan event olahraga Global.
Prof Tandiyo juga menilai cabang olahraga yang digelar di PON 2024 terlalu banyak. Banyak cabang yang tidak dipertandingkan di Olimpiade, tapi dipertandingkan pada PON.
Baca juga : PODSI Siapkan Pedayung Terbaik untuk Olimpiade 2028
“Demi cabang yang diperlombakan juga terlalu berlebih-lebihan dan super berlebihan. Lebih banyak cabang non-olympic daripada cabang Olympic itu sendiri. Sehingga PON sebagai mata rantai untuk ke Olympic jadi kurang pas,” katanya.
Dia memberi saran, untuk cabang di luar Olimpiade, pemerintah mencari waktu khusus untuk perlombaan tingkat nasional. Sehingga, PON dikhususkan untuk cabang yang dipertandingkan pada Olimpiade.
“Saya pribadi selalu mengemukakan bahwa PON itu cabang Olympic saja dan memang harus begitu. Cabor lain ya dipikirkan momentum lainnya. Jaraknya yang diatur, Olympic ini dibikin serius dan fasilitasnya keren. Kemudian cabor yang non Olympic, dibuatkan semacam PON,” kataya.
Soal waktu penyelenggaraan, sudah tepat digelar selama empat tahun sekali. Tak masalah jika PON digelar pada tahun yang sama dengan Olimpiade.
“Demi penyelenggaraan yang siklus 4 tahunan sudah pas, jangan bertambah dan jangan dikurangi. Balik lagi, tahunnya bersamaan dengan Olympic gapapa kalau PON itu sebagai mata rantai. Pahamn ini PON, juara PON untuk sampai ke Olympic perlu proses yang artinya mereka yang juara PON belum berarti langsung ke Olympic,” ujarnya. (Z-6)