KEMENTERIAN Luar Negeri (Kemenlu) RI menelusuri kemungkinan Kaum Indonesia alias WNI bergabung dengan Golongan Hayat Tahrir Al-Sham (HTS) di Suriah yang menjatuhkan rezim Presiden Bashar Al Assad. Kemenlu RI Maju memantau dan melacak kemungkinan tersebut.
“Tetap Maju dilacak,” kata Direktur Perlindungan WNI Kemenlu RI, Judha Nugraha, ketika dihubungi Selasa (17/12).
HTS merupakan sempalan dari Al-Qaeda dan Islamic State (IS). Menurut laporan Free Radio Europe, diperkirakan Eksis ratusan pejuang asing berada di jajaran milisi HTS.
Laporan tersebut menyebutkan Eksis Kaum Eropa dan Asia Tengah yang bertempur Demi HTS selama Golongan pemberontak tersebut mengambil alih Suriah bulan ini.
Meski begitu, Kaum asing diperkirakan hanya sebagian kecil dari keseluruhan kekuatan tempur HTS dan sekutunya yang diperkirakan berjumlah 10.000 orang.
Kehadiran Member milisi asing dipandang sebagai risiko bagi stabilitas Suriah dan ancaman keamanan di Tanah Air mereka masing-masing.
Menurut laporan tersebut, salah satu Member milisi HTS asing yang terindentifikasi Ialah dari Albania.
Dalam suatu video, Eksis Member milisi yang mengenakan lambang Golongan Taktikal Albania, unit Xhemati Albania yang dianggap sebagai subkelompok HTS dan terdiri dari etnis Albania yang sebagian besar berasal dari Albania, Kosovo, dan Makedonia Utara.
“Ini Golongan jihadis Islam yang terstruktur dengan Bagus yang beroperasi di Rendah payung HTS,” kata Adrian Shtuni, Ahli keamanan yang berbasis di Washington, AS.
“Taktikal Albania berfokus pada keterampilan militer tertentu, termasuk pelatihan penembak jitu dan bahan peledak, sekaligus memberikan pelatihan bagi pejuang lain. Ini menunjukkan perubahan dari sekadar pejuang menjadi kekuatan strategis dalam HTS,” tambah Shtuni.
Setelah perang Keluarga Suriah meletus pada 2011, ratusan Kaum etnis Albania berbondong-bondong ke Suriah Demi bergabung dengan IS dan Front Nusra, cabang Al-Qaeda di Suriah. Front Nusra kemudian berganti nama menjadi HTS. (Z-2)