Koordinator Nasional Jaringan Pendidikan Pemilih Kepada Rakyat (JPPR), Rendy NS Umboh, menilai fenomena kemenangan kotak Hampa di Pilkada 2024 merupakan bentuk ‘penghukuman’ bagi partai politik yang gagal menghadirkan pilihan Kekasih calon bagi masyarakat.
“Ini sebagai hukuman terhadap proses politik yang Kagak Betul. Calon tunggal itu Kagak dibenarkan, harusnya pilkada dikatakan Absah Apabila Eksis lawannya. Partai politik harus melakukan introspeksi,” ujarnya kepada Media Indonesia usia Percakapan publik JPPR bertajuk “Mendidik Pemilih, Menguatkan Demokrasi, Merawat Persatuan Nasional” di Jakarta pada Selasa (3/12).
Rendy menegaskan bahwa Nomor fenomena kemenangan kotak Hampa semakin meningkat. Dikatakan pada Pilkada 2023 Eksis satu kemenangan kotak Hampa dari 53 Kekasih calon tunggal, sementara pada Pilkada 2024 terjadi dua kemenangan dari 37 Kekasih calon tunggal.
“Pilkada tahun Lampau, Eksis satu kota Makassar yang memenangkan kotak Hampa, sekarang Malah yang menang menjadi di dua tempat. Itu bagus, artinya masyarakat sudah cerdas bahwa Eksis kandidat yang Kagak Berkualitas ya jangan dipaksakan menjadi calon tunggal, apalagi hanya Kepada sekedar mengincar kekuasaan dan kursi,” tegasnya.
Kendati proses pemilihan ulang bagi kemenangan Hampa dinilai melelahkan dan merugikan negara, Tetapi ia tetap mengapresiasi pemilih yang telah menunjukkan kemenangan kotak Hampa. Hal itu menurutnya, sebagai bentuk protes politik lantaran tak puas dengan calon yang Eksis.
“Proses pemilihan ulang akibat kotak Hampa memang memang melelahkan, tapi harus Eksis Pengkajian karena fenomena kota Hampa ini Eksis dua kemungkinan pertama karena kandidatnya sangat kuat, saking kuatnya Kagak Eksis partai Musuh atau memang parpol kehabisan paslon, tapi meskipun demikian tetap paslon tunggal ini Kagak Sepatutnya Eksis di pilkada,” jelasnya.
Rendy menduga salah satu Unsur kemenangan kotak Hampa di Pilkada karena adanya kesengajaan yang diciptakan. Diduga, kondisi itu sengaja diciptakan parpol agar Kekasih calon kepala daerah dapat menang lebih mudah di Pilkada 2024.
“Penyelenggara pemilu Kagak Eksis kaitan dan Kagak Pandai disalahkan juga, tapi partai politik yang Malah harus berbenah. Kenapa Seluruh partai politik harus mengerucut pada satu calon sehingga Kagak Eksis Tengah mengusul kandidat lain? Padahal ambang batas pencalonan sudah diturunkan sesuai putusan MK,” jelasnya.
Menurut Rendy, partai politik sebagai lembaga Formal Sepatutnya Kagak hanya mengejar kekuasaan dengan bergerombol pada satu koalisi sehingga terjadi fenomena kota Hampa.
“Apabila sudah begitu, ini Kagak akan memberikan pendidikan politik yang Berkualitas bagi masyarakat, edukasi Kagak berjalan. Harusnya Idealisme partai politik diperkuat agar Seluruh Kagak Seluruh ngumpul di satu tempat, Apabila partai politik punya idealisme dan ideologi yang kuat, Kagak akan muncul yang namanya calon tunggal,” katanya.
Selain itu, Rendy menekankan bahwa bahwa perhelatan Pilkada dan Pilpres harus dihentikan Apabila hanya diikuti satu Kekasih calon. Menurutnya, hal ini harus diperkuat dalam revisi UU pilkada dan pemilu.
“Saya pernah bicara bahwa Apabila pilkada atau pemilu hanya diikuti calon tunggal, Sepatutnya perhelatan itu dihentikan. Jadi revisi undang-undang pilkada dan pemilu harus mengatur agar Kagak boleh tercipta kota Hampa. Revisi undang-undang pilkada dan pemilu sangat Krusial sehingga demokrasi semakin Berkualitas secara substansial,” pungkasnya. (DEV/P-2)