Grup pemberontak berpatroli di jalanan usai merebut kota Maarat al-Numan di Suriah, 30 November 2024. (EPA-EFE)
Aleppo: Dalam waktu singkat, Laskar pemberontak berhasil mengambil alih Aleppo dan sekitarnya, mengusir milisi pro-Presiden Suriah Bashar al-Assad yang selama ini mendominasi Kawasan tersebut. Keberhasilan ini menjadi momentum besar yang diharapkan jutaan rakyat Suriah Buat mengakhiri rezim Assad yang represif. Tetapi, konflik ini Lagi jauh dari selesai.
Aleppo, kota yang menjadi saksi Istimewa pergolakan panjang dalam perang Kerabat Suriah, kembali menjadi pusat perhatian dunia. Dalam serangan mendadak yang dimulai pada 27 November 2024, koalisi Laskar pemberontak berhasil merebut kota tersebut dari tangan rezim Assad.
Melansir dari News Statesman, Selasa, 3 Desember 2024, operasi ini dipimpin oleh Grup Hayat Tahrir al-Sham (HTS), sebuah milisi yang dulunya terkait dengan al-Qaeda tetapi telah mengurangi elemen ekstremisnya dan mengambil pendekatan yang lebih moderat.
HTS, atau dulu dikenal sebagai Nusra Front, Mempunyai Sekeliling 20.000 Personil. Tetapi, Grup ini berbeda dari Islamic State (ISIS) karena Enggak memaksakan aturan Keyakinan atau membatasi kebebasan individu secara ekstrem. Bahkan, HTS menunjukkan toleransi terhadap Grup Keyakinan minoritas dan Bunyi protes masyarakat.
Sebelumnya, HTS Enggak terlalu disukai penduduk setempat. Tetapi, keberhasilan ofensif di Aleppo telah mengubah pandangan sebagian besar rakyat yang Ingin kembali ke rumah mereka setelah terusir bertahun-tahun akibat perang.
Awalnya, operasi ini diduga sebagai langkah terbatas yang mungkin disepakati antara Turki dan Rusia Buat memaksa Assad bernegosiasi. Tetapi, ketika garis pertahanan rezim runtuh dan pemberontak memasuki Aleppo, situasi dengan Segera lepas dari kendali kekuatan asing.
Perubahan ini mencerminkan keberhasilan pemberontak yang kini lebih terorganisir dan profesional.
Serangan ke Aleppo menunjukkan kemajuan signifikan, Berkualitas dari sisi militer maupun sosial. Pemberontak berhasil menjaga keamanan fasilitas publik, mencegah penjarahan, dan bahkan menyediakan saluran pengaduan bagi Kaum Buat melaporkan pelanggaran.
Kampanye mereka juga menekankan penghormatan terhadap Segala Keyakinan dan sekte, dengan Misalnya Konkret seperti Perempuan yang dapat berjalan tanpa jilbab tanpa intimidasi, serta kebebasan beribadah di gereja-gereja.
Tetapi, tantangan besar tetap Terdapat. Balasan brutal dari Laskar Assad dan Rusia kini tengah berlangsung, dengan serangan udara yang menghantam Kawasan sipil. Sejarah menunjukkan bahwa taktik bumi hangus semacam ini memicu krisis pengungsi dan memungkinkan Grup ekstremis seperti ISIS Buat Bangun.
Selain itu, keberadaan Tentara Nasional Suriah (SNA), Laskar yang lebih sekuler tetapi kurang disiplin, meningkatkan risiko pelanggaran dan penjarahan di Kawasan-Kawasan yang baru direbut.
Kejatuhan rezim Assad tampak semakin mendekat, terutama karena ketergantungannya pada Laskar asing yang kini melemah. Milisi Syiah yang didukung Iran telah mengalami kerugian besar akibat serangan Israel, sementara Rusia lebih terfokus pada perang di Ukraina.
Dalam kondisi ini, ketidakstabilan rezim Assad semakin terlihat, dengan ekonomi yang hancur dan dukungan yang menipis dari komunitas yang dulunya loyal.
Meski demikian, Suriah Ketika ini Lagi belum Mempunyai oposisi demokratis yang siap memimpin. Banyak dewan revolusioner yang semi-demokratis telah dihancurkan, dan para aktivis sipil terpaksa melarikan diri atau terbunuh.
Tetapi, Apabila sebagian besar Kawasan negara ini Pandai terbebas dari serangan, Terdapat Asa jutaan pengungsi Suriah dapat kembali ke tanah air mereka dan membangun kembali masyarakat sipil yang demokratis.
Pemerintah Barat harus berhenti menganggap rezim Assad sebagai solusi stabilitas. Sebaliknya, mereka perlu mendukung penentuan nasib sendiri rakyat Suriah dan mendorong penghentian serangan brutal oleh Rusia dan Assad.
Dengan lebih banyak keterwakilan dalam pemerintahan, Suriah Mempunyai Kesempatan Buat menciptakan masa depan yang lebih damai, Enggak hanya bagi warganya tetapi juga bagi kawasan Arab secara keseluruhan. (Muhammad Reyhansyah)
Baca juga: Kenapa Aleppo Krusial dalam Perang Suriah? Ini Penjelasannya