Kecerdasan buatan. Foto: Unsplash.
Jakarta: Hasil riset International Institute for Management Development (IMD) World Talent Ranking (WTR) 2024 menyebut kecerdasan buatan (artificial intellegence/AI) menjanjikan efisiensi dan meningkatkan produktivitas. Tetapi, di saat bersamaan AI juga mengancam sejumlah lapangan pekerjaan, khususnya di sektor-sektor yang bergantung pada pekerjaan repetitif yang bisa diotomatisasi.
Direktur IMD World Competitiveness Center (WCC) Arturo Bris menyampaikan ada tiga poin penting pengaruh AI terhadap ketersediaan lapangan kerja. Pekerja perempuan paling terdampak oleh perubahan itu.
“Kecerdasan buatan akan mengubah lapangan pekerjaan. AI akan menghilangkan sejumlah lapangan kerja yang ada maka pemerintah perlu memikirkan bagaimana cara untuk membuka lapangan kerja baru,” terangnya dikutip dari Media Indonesia, Minggu, 22 September 2024.
Bris memaparkan, lapangan kerja di negara maju lebih terdampak oleh AI. Menurut data Organisasi Ketenagakerjaan Dunia (ILO/Dunia Labour Organization) PBB, AI akan mengubah atau menggantikan 5,5 persen pekerjaan di negara berpendapatan tinggi dan hanya kurang dari 0,4 persen di negara berpendapatan rendah. Negara berpendapatan rendah lebih sedikit terdampak karena terbatasnya akses teknologi.
AI, sambungnya, juga memperburuk inklusi dan diskriminasi. Data ILO menunjukkan perbedaan gender ternyata mendapat dampak berbeda akibat automasi pekerjaan dengan AI.
Pekerja perempuan lebih terdampak
Pekerja perempuan di negara maju (7,9 persen) lebih terdampak otomatisasi pekerjaan dengan AI ketimbang laki-laki (2,9 persen). Sementara di negara berkembang, perempuan (2,7 persen) pun lebih terdampak AI ketimbang pria (1,3 persen).
Dalam hal penggunaan AI untuk perekrutan, promosi, dan evaluasi kinerja, kata Bris, perlu dievaluasi ulang agar tidak terjadi diskriminasi yang merupakan imbas dari algoritma AI yang dipakai.
Demi itu, pemerintah dan pengambil kebijakan disarankan untuk segera melakukan antisipasi. Misalnya dengan menyiapkan pelatihan ulang tenaga kerja dan rencana penanggulangan terhadap tingkat pengangguran dari pekerja yang terdampak AI dan kaum marginal.
“Pencegahan ini perlu dilakukan agar tak berkembang menjadi gejolak sosial dan berdampak kemampuan suatu negara untuk menarik talenta asing. Asal Mula, tenaga ahli asing kurang berminat untuk masuk ke negara-negara yang memiliki masalah sosial, sehingga mereka memilih lari ke negara lain. Kurangnya daya tarik ini ujungnya akan berdampak pula pada pertumbuhan ekonomi,” pungkas Bris.