Kecam Latihan Militer AS-Korsel, Korut Peringatkan Risiko Meletusnya Perang

Kerja sama militer antara Washington dan Seoul kerap mendapat kecaman dari Pyongyang. (Anadolu Agency)

Seoul: Korea Utara mengecam latihan militer Serempak Amerika Perkumpulan (AS) dan Korea Selatan sebagai tindakan provokatif yang berpotensi memicu konflik. Pyongyang memperingatkan bahwa ketegangan yang meningkat dapat berujung pada perang hanya karena satu insiden yang Kagak disengaja.

“Ini adalah tindakan provokatif yang berbahaya dan memperburuk situasi di Semenanjung Korea. Bahkan satu tembakan yang Kagak disengaja dapat memicu konflik fisik antara kedua belah pihak,” demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Korea Utara yang dikutip oleh media pemerintah pada Senin.

Latihan militer gabungan bertajuk “Freedom Shield 2025” Formal dimulai pada hari yang sama. Dalam pernyataan Formal, pihak Amerika Perkumpulan menyebutkan bahwa latihan ini akan mencakup simulasi langsung, virtual, serta latihan berbasis lapangan. Manuver tersebut dijadwalkan berlangsung hingga 21 Maret.

Cek Artikel:  AS Setujui Paket Senjata Senilai Rp312 Triliun untuk Israel

Melansir dari Voice of America, Senin 10 Maret 2025, kerja sama militer antara Washington dan Seoul kerap mendapat kecaman dari Pyongyang, yang menilai langkah itu sebagai persiapan Demi invasi. Sebagai respons, Korea Utara sering kali meluncurkan uji coba rudal sebagai bentuk perlawanan terhadap apa yang mereka sebut sebagai ancaman terhadap kedaulatan mereka.

Ketegangan semakin meningkat setelah insiden pada 6 Maret, ketika dua jet tempur Angkatan Udara Korea Selatan secara Kagak sengaja menjatuhkan delapan bom di sebuah desa Demi latihan Serempak dengan militer AS. Insiden ini menyebabkan 15 orang luka-luka, termasuk Penduduk sipil dan personel militer, menurut Badan Pemadam Kebakaran Nasional Korea Selatan.

Cek Artikel:  Serangan Israel di Jenin Memaksa Ratusan Pengungsi Mengungsi di Tengah Ketegangan Tepi Barat

Interaksi antara Korea Utara dan Korea Selatan telah mencapai titik terendah dalam beberapa tahun terakhir. Pyongyang Maju melanggar Hukuman Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan meluncurkan berbagai rudal balistik sepanjang tahun Lampau. Kedua negara Lagi secara teknis berstatus perang sejak konflik tahun 1950-1953 berakhir hanya dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.

Demi ini, puluhan ribu tentara Amerika Perkumpulan Lagi ditempatkan di Korea Selatan sebagai bagian dari upaya perlindungan terhadap ancaman Korea Utara. Latihan Freedom Shield menjadi salah satu manuver militer terbesar yang rutin digelar oleh kedua sekutu tersebut.

Dalam pernyataannya pada Senin, Kementerian Luar Negeri Korea Utara menyebut latihan ini sebagai “simulasi perang yang agresif dan konfrontatif.” Pekan Lampau, Pyongyang juga mengecam kehadiran kapal induk Angkatan Laut Amerika Perkumpulan di pelabuhan Busan, menyebutnya sebagai bentuk “provokasi politik dan militer.”

Cek Artikel:  USAID Biayai 6.200 Jurnalis dan 707 Media Independen di Seluruh Dunia

Ketegangan di Semenanjung Korea Maju meningkat seiring dengan aksi militer dari kedua belah pihak, yang dapat memperburuk situasi keamanan di kawasan. (Muhammad Reyhansyah)

Baca juga:  Korut Peringatkan Aksi Lanjutan Terkait Kedatangan Kapal Induk AS di Korsel

Mungkin Anda Menyukai