Liputanindo.id – Kepala Badan Donasi dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa Kepada Pengungsi Palestina (UNRWA), Philippe Lazzarini, menentang keputusan parlemen Israel yang melarang badan itu Kepada beroperasi. Lazzarini menyebut Embargo ini hanya akan memperdalam penderitaan rakyat Palestina.
“Ini adalah yang terbaru dalam kampanye yang sedang berlangsung Kepada mendiskreditkan UNRWA dan mendelegitimasi perannya dalam menyediakan Donasi dan layanan pembangunan Sosok bagi Pengungsi #Palestina,” tulisnya di X, dikutip Selasa (29/10/2024).
“RUU ini hanya akan memperdalam penderitaan Penduduk Palestina, terutama di #Gaza, tempat orang-orang telah mengalami lebih dari setahun neraka,” tambahnya.
Parlemen Israel sebelumnya menyetujui RUU yang melarang UNRWA beroperasi di negaranya, termasuk Area Palestina yang diduduki. Undang-undang itu berpotensi Embargo distribusi Donasi di Gaza.
Lazzarini juga menekankan bahwa keputusan Israel itu akan merampas hak pendidikan lebih dari 650.000 anak-anak di Gaza. Dia menilai penetapan RUU itu hanya akan meningkatkan penderitaan Penduduk Palestina dan Kagak lebih dari sekadar hukuman kolektif.
“Mengakhiri UNRWA & layanannya Kagak akan mencabut status pengungsi Palestina. Status tersebut dilindungi oleh resolusi Majelis Biasa PBB lainnya hingga solusi yang adil dan langgeng ditemukan Kepada penderitaan Penduduk Palestina,” tegasnya.
Juru bicara UNRWA, Juliette Tauma, sebelumnya juga turut mengecam keputusan tersebut dengan menyebutnya sebagai tindakan yang keterlaluan.
“Sangat keterlaluan bahwa negara Member Perserikatan Bangsa-Bangsa berupaya membubarkan badan PBB yang juga merupakan penanggap terbesar dalam operasi kemanusiaan di Gaza,” katanya kepada AFP.
Badan PBB tersebut telah memberikan Donasi dan asistensi Krusial di seluruh Area Palestina, termasuk Tepi Barat dan Yerusalem Timur yang diduduki, serta kepada para pengungsi Palestina di Yordania, Lebanon, dan Suriah selama lebih dari tujuh Sepuluh tahun.
Selama bertahun-tahun, lembaga tersebut telah menjadi sasaran kritik keras Israel, yang meningkat setelah dimulainya serangan mematikan Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza yang terkepung.
Israel menuduh bahwa beberapa dari ribuan staf UNRWA berpartisipasi dalam serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Israel juga mengatakan bahwa ratusan stafnya Mempunyai Interaksi dengan Golongan tersebut dan bahwa tentara Israel telah menemukan aset Hamas di dekat atau di Rendah fasilitas UNRWA.
Meski Lanjut menghadapi kritik dan tuduhan tak berdasar, badan tersebut menyangkal bahwa mereka secara sadar membantu Golongan bersenjata dan mengatakan bahwa mereka bertindak Segera Kepada membersihkan setiap tersangka pejuang dari jajarannya.
UNRWA sendiri telah menderita kerugian besar sejak tahun Lewat, dengan sedikitnya 233 Member timnya tewas dan dua pertiga fasilitas lembaga tersebut di Gaza rusak atau hancur sejak perang dimulai.