liputanindo.com – Beberapa Pebalap Mempunyai kebiasaan Yang Istimewa dan Sakral bila bicara mengenai persiapan menjelang Balapan, sebelum mengendarai motor dengan kecepatan lebih dari 300 km/jam, dan bagi para pebalap di grid MotoGP, hal itu bahkan lebih krusial Kembali. Beberapa Pebalap berbicara kepada DAZN tentang apa yang mereka lakukan sebelum mengendarai motor, dan tak satu pun ritual mereka luput dari perhatian.
Di grid, Terdapat beberapa orang, seperti Fabio Quartararo, yang lebih suka tetap Berbarengan tim mereka dan membangun ikatan emosional yang lebih erat dengan mereka, sesuatu yang Esensial dalam persiapan pebalap Prancis ini. “Saya yang naik motor, tapi kami Seluruh bekerja. Meski sendirian di motor, saya tetap akrab dengan seluruh tim,”
Komentar pebalap Pabrikan Yamaha itu, senada dengan Jack Miller yang membalap Berbarengan Pramac : “Saya tos dan memeluk mereka, sekadar mengucapkan terima kasih. Mereka Tak naik motor Berbarengan saya, tapi rasanya seperti mereka ikut. Kami Seluruh Berbarengan-sama dalam hal ini, sebagai tim. Yang saya lakukan hanyalah sedikit menunjukkan rasa hormat kepada mereka. Lebih dari itu, saya berteriak di dalam helm Kepada memastikan Seluruh neuron saya siap.”
Ikatan antara pebalap dan tim ini juga dinikmati Pedro Acosta. “Saya sangat suka kerja sama tim. Saling beradu tinju dengan mereka, memeluk mereka. Ketika Anda Mempunyai Interaksi yang begitu dekat dan kuat dengan tim, sangat sulit Kepada menghilangkan kebiasaan-kebiasaan ini. Kami balapan atau sendirian di trek, tetapi seluruh tim mendukung kami dari dinding pit; dalam Definisi tertentu, rasanya seperti membawa mereka Berbarengan Anda,” tambah pebalap KTM itu.
Tetapi, Terdapat pembalap lain yang Mempunyai keunikan yang lebih berkaitan dengan motor mereka atau kaki mana yang mereka gunakan Kepada masuk pit sebelum balapan. Teladan terakhir adalah kasus Álex Márquez. “Saya harus naik dengan kaki kanan sebelum naik motor, dan ketika saya menginjak Dasar, saya harus turun dengan kaki kanan saya Kembali. Lampau saya melompat tiga kali Kembali dengan kaki kanan saya dan kemudian saya masuk pit dengan kaki kanan saya,” kata pembalap Gresini itu.
Mengenai Interaksi antara pembalap dan motor, Terdapat beberapa yang lebih suka membelainya, seperti Pecco Bagnaia. “Sebelum balapan, saya suka membelai motor. Itu sesuatu yang sudah saya lakukan entah sudah berapa tahun. Ketika saya melakukannya, saya Paham sudah waktunya Kepada memulai,” kata pembalap Italia itu.
Terdapat juga pebalap lain, seperti Johann Zarco, yang lebih suka selalu berdiri di samping motor dan bermeditasi: “Saya pergi ke samping motor Kepada bermeditasi dan meregangkan punggung. Ketika saya berada di bubble itu, Pusat perhatian, saya merasa siap bertarung dan terlindungi dari apa pun yang mungkin terjadi.”
Terdapat juga pebalap yang sisi sentimentalnya mendominasi ritual mereka, seperti halnya Arón Canet, yang selalu mengenang mendiang kakeknya. “Saya Sepatutnya keluar, membungkuk, dan mengucapkan kalimat yang selalu ia ulangi kepada saya sebelum setiap balapan, Merukapan: ‘Berbarengan Tuhan ia pergi, Berbarengan Tuhan ia harus kembali.’ Dan meskipun saya Tak Kembali mengucapkan seluruh kalimat itu, kalimat itu selalu Terdapat, saya selalu mengingatnya. Rasanya seperti mendarat Berbarengan kakek saya,” pungkas pebalap dari Fantic tersebut.







