Keberanian Berkorban untuk Persatuan

POLITIK sejatinya penuh dinamika. Tak ada politik yang tenang-tenang saja atau bermain dengan kaca mata kuda. Lurus terus tanpa menengok ke kanan dan ke kiri. 

Tapi, sedinamis apa pun, rumus bagi politik kebangsaan dan kenegaraan ialah perlunya konsensus bagi para pihak yang berkontestasi. Setajam apa pun kompetisi politik dalam pesta demokrasi, harus ada ujungnya, mesti ada akhirnya.

Ujung dari semua kompetisi politik itu adalah kepentingan nasional yang harus dijaga. Itulah kepentingan yang butuh kebesaran pikiran dan keluasan hati. Itu pula kepentingan yang mesti diletakkan di atas segala kehendak sempit perorangan atau sektoral partai politik. 

Kesadaran akan kepentingan nasional inilah yang seharusnya mewarnai pola pikir para politikus negeri ini. Partai politik sebagai instrumen demokrasi pada akhirnya harus memikirkan apa yang akan mereka persembahkan bagi penguatan demokrasi, konsolidasi demokrasi, yang akan bermuara kepada kepentingan nasional.

Cek Artikel:  Pantang Ragu Pengawas Pemilu

Dalam perspektif itulah, kita mengapresiasi pertemuan Ketua Lumrah Partai NasDem Surya Paloh dan presiden terpilih Prabowo Subianto, yang merintis jalan bagi persatuan nasional, bulan lalu. Kini Ketua Lumrah PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri akan mengutus putrinya yang juga Ketua DPP PDI Perjuangan Puan Maharani menjajaki komunikasi dengan Prabowo Subianto. 

Setelah Puan dan Prabowo bertemu, akan diagendakan pertemuan Megawati dengan presiden terpilih itu.

Putusan Mahkamah Konstitusi perlu dinanti. Tetapi, apa pun putusan MK atas gugatan Tim Paslon 01 dan 03 tak perlu menyurutkan rencana pertemuan para tokoh bangsa. 

Kedewasaan berpolitik akan menentukan perpolitikan nasional untuk naik kelas menuju keadaban. Politik yang penuh keadaban yang tidak mengutamakan kepentingan sempit yang berpotensi memicu konflik tak berujung.

Cek Artikel:  Pemilu bukan Ajang Intimidasi

Apalagi, tantangan bangsa ini semakin kompleks dan rumit. Enggak hanya residu politik pasca-pemilu yang harus diatasi, tapi berbagai tantangan yang terus hidup seperti gejolak harga pangan, krisis energi, krisis iklim, dan seterusnya membutuhkan keluasan hati dan kebesaran pikiran dari para elite di negeri ini.
 
Indonesia harus berkontribusi bagi perbaikan tatanan dari krisis yang terjadi. Tetapi, kontribusi Indonesia itu memerlukan persyaratan kepemimpinan nasional yang legitimate, kuat, dan mendapatkan dukungan dari berbagai elemen, termasuk partai politik yang pernah menjadi lawan dalam pemilu. 

Pertemuan pemimpin politik akan membuat iklim perpolitikan nasional mendingin dan stabil. Iklim politik yang kondusif ini juga akan melahirkan kepercayaan dunia internasional kepada negeri ini. Itulah sebuah harga yang harus ditebus dengan pengorbanan dan keberanian para tokoh untuk mewujudkan saling respek.

Cek Artikel:  Menanti Nyali Bawaslu

Mungkin Anda Menyukai