Liputanindo.id – CEO pabrik baterai lithium Korea Selatan, Park Soon-kwan, ditangkap atas tuduhan pelanggaran undang-undang keselamatan industri yang mematikan.
Park Soon-kwan, CEO Aricell, yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh S-Connect ditangkap setelah surat perintah penahanan itu dikeluarkan oleh Pengadilan Distrik Suwon. Park ditangkap dengan alasan beratnya tuduhan terhadap dirinya.
“Pengadilan Distrik Suwon, yang memiliki yurisdiksi untuk kota Hwaseong tempat pabrik tersebut berada, menyetujui surat perintah penahanan Park pada hari Rabu malam karena beratnya tuduhan terhadapnya,” kata seorang hakim urusan publik, dikutip Yonhap News, Kamis (29/8/2024).
Penangkapan CEO produsen baterai lithium ini menandai pertama kalinya kepala perusahaan ditangkap secara resmi sejak pemberlakuan Undang-Undang Hukuman Kecelakaan Serius pada tahun 2022. Berdasarkan undang-undang tersebut, Park terancam hukuman satu tahun penjara atau denda hingga 1 miliar won (Rp11 miliar) untuk kecelakaan industri.
“Pengadilan juga menyetujui surat perintah penahanan untuk putra Park, yang merupakan seorang eksekutif di perusahaan tersebut,” katanya.
Sementara dua pejabat lainnya tidak ikut ditangkap dengan alasan mereka tidak berisiko melarikan diri atau menghancurkan barang bukti.
Penyelidik menemukan bahwa kebakaran mematikan yang terjadi di pabrik Aricell di Hwaseong, sekitar 45 kilometer selatan Seoul, pada 24 Juni disebabkan oleh mobilisasi pekerja tidak terampil dalam proses produksi. Kebakaran tersebut menewaskan 23 pekerja, termasuk 18 warga negara asing, dan melukai delapan lainnya.
Pihak penyelidik juga menemukan bahwa Aricell telah lulus inspeksi kualitas dengan terus memanipulasi sampel uji sejak mulai memasok produk baterai ke militer pada tahun 2021.
“Produk perusahaan tersebut akhirnya gagal memenuhi standar pertahanan nasional dalam uji kualitas pada bulan April tahun ini,” kata pihak berwenang.
Selain itu, rute evakuasi dibangun dengan buruk, dengan pintu darurat dipasang di arah yang berlawanan dengan rute tanggap darurat, dan pelatihan keselamatan bagi pekerja belum dilaksanakan.