Keadilan Antargenerasi

SEKITAR 70 ribu orang mewakili 197 negara tumpah di Dubai, Uni Emirat Arab. Uzur dan muda berbaur di Dubai Expo City yang menjadi lokasi COP-28 selama 13 hari sejak 30 November 2023.

Kehadiran generasi muda dalam Conference of The Parties 28 (COP-28) membetot perhatian saya di lokasi acara. Mereka datang ke sana untuk menyuarakan keadilan antargenerasi. Taatp generasi memiliki hak untuk menerima dan menempati bumi bukan dalam kondisi yang buruk akibat perbuatan generasi sebelumnya.

Generasi muda diberi panggung untuk bersuara di Paviliun Indonesia yang didukung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Mereka dihadirkan dalam sesi Our Dream, Our Action pada 1 Desember 2023.

Sesi itu menampilkan empat perwakilan anak muda dari berbagai negara termasuk Gamma Thohir dari Indonesia, Ali Al-Shemmari dari UAE, Lara Rudar dari UAE, dan Zagy Berian dari Indonesia. Anak-anak muda itu membawakan peran esensial mereka dalam peralihan dari energi fosil menuju sumber energi terbarukan.

Cek Artikel:  Judi, Insan Budak Libido

Anak muda Indonesia juga berpartisipasi pada hari ke-8 COP-28 pada 8 Desember 2023. Itulah harinya anak muda untuk menyuarakan keprihatinan atas perubahan iklim. “Partisipasi mereka diharapkan memberi sumbangsih dalam pembuatan kebijakan iklim,” ungkap situs resmi COP-28.

Keadilan antargenerasi mestinya dilihat sebagai kewajiban seluruh penghuni bumi atas planetnya. Generasi sekarang memikul tanggung jawab untuk memastikan bahwa kualitas lingkungan yang dimiliki generasi yang akan datang tidak akan lebih buruk daripada saat ini.

Kiranya tepat seruan Paus Fransiskus dalam Ensiklik Laudato Si. Ensiklik itu berbicara tentang bumi yang disapa sebagai ibu ialah rumah bersama. Disebutkan lingkungan hidup adalah pinjaman yang harus diterima setiap generasi dan harus diteruskan kepada generasi berikut.

“Kita sendirilah yang pertama-tama berkepentingan untuk mewariskan planet yang layak huni kepada generasi mendatang. Ini adalah drama bagi diri kita sendiri karena mempertaruhkan makna peziarahan kita di bumi,” kata Paus Fransiskus.

Keadilan antargenerasi hendaknya menjadi perhatian Indonesia. Sensus Penduduk 2020 menunjukkan komposisi penduduk Indonesia yang sebagian besar berasal dari generasi Z/gen Z (27,94%), yakni generasi yang lahir pada 1997 sampai dengan 2012.

Cek Artikel:  Durhaka Demokrasi

Generasi milenial yang digadang-gadang menjadi motor pergerakan masyarakat saat ini, jumlahnya berada sedikit di bawah gen Z, yaitu sebanyak 25,87% dari total penduduk Indonesia.

Indonesia mempunyai komitmen yang kuat, sangat kuat, untuk merawat iklim. Presiden Joko Widodo, dalam pidato pembukaan COP-28, mengatakan bahwa Indonesia membutuhkan US$1 triliun atau lebih kurang Rp15.439 triliun untuk menjalankan transisi energi demi mencapai nett zero emission pada 2060.

Butuh dana sangat besar untuk merawat iklim. Para pemimpin negara maju sudah berjanji mengucurkan dana untuk merawat bumi sebagai rumah bersama. Enggak tanggung-tanggung, mereka menjanjikan dana sebesar US$100 miliar.

Janji tinggal janji, realisasinya belum ada. Maklum, pemimpin dunia yang menebar janji pada umumnya politisi. Segala politikus sama saja kata Nikita Sergeyevich Khrushchev. Politikus asal Rusia itu mengatakan politisi menjanjikan untuk membangun jembatan meskipun di tempat itu tidak ada sungai.

Cek Artikel:  Tak Terdapat Sisa Hati Nurani

Terkait janji politik, Emma Goldman, seorang penulis kelahiran Lithuania yang menjadi simbol pergerakan feminisme, mengatakan bahwa politisi akan menjanjikan surga sebelum pemilu dan memberikan neraka setelahnya.

Kerbau dipegang tali hidungnya, manusia dipegang pada katanya. Karena itu, setiap janji haruslah ditepati, karena harga diri manusia terletak pada kemampuannya untuk menepati janji.

Cocok kiranya sikap Indonesia yang konsisten menagih janji pemimpin negara maju. “COP-28 harus menjadi ajang untuk memperkuat implementasi, bukan ajang untuk pertunjukan ambisi,” kata Jokowi di Dubai pada 2 Desember.

Harus jujur diakui bahwa isu perubahan iklim sudah sering dibicarakan di tingkat global dan diikuti dengan berbagai kesepakatan. Bertahun-tahun berlalu belum juga terlihat tindak lanjut dari banyak kesepakatan tersebut.

Kesempatan emas bagi generasi muda untuk terus menyuarakan pemenuhan janji pemimpin negara maju. Jangan pernah lelah menagih janji mereka untuk mengucurkan dana merawat iklim demi keadilan antargenerasi.

Mungkin Anda Menyukai