MENJELANG Pilkada 2024, salah satu kriteria calon gubernur yang dianggap paling Krusial bagi masyarakat Sulawesi Tenggara (Sultra) adalah Kudus dari isu korupsi. Sebesar 94.2 % masyarakat menyatakan sangat setuju atau cukup setuju bahwa calon gubernur harus Kudus dari korupsi. Hanya 2.2 % saja yang menyatakan Enggak setuju. Dan sisanya Enggak menjawab atau Enggak Mengerti.
Persetujuan terhadap calon gubernur yang Kudus dari korupsi merata di Seluruh segmen masyarakat. Berkualitas mereka yang Pria maupun Perempuan, pemilih muslim maupun non muslim, pendidikan tinggi maupun rendah, dan mereka yang wong cilik maupun mereka yang berekonomi mapan.
“Di pemilih Pria yang menyatakan setuju pemimpin harus Kudus dari korupsi sebesar 94.1 %, dan di pemilih Perempuan, mereka yang menyatakan setuju sebesar 94.3 %. Di pemilih Islam mereka yang menyatakan setuju pemimpin harus bebas dari korupsi sebesar 94 %, sementara di pemilih non Islam, mereka yang menyatakan setuju sebesar 97.6 %,” Jernih Peneliti Senior LSI Denny JA Adjie Alfaraby, Rabu (23/10).
Dari sisi pendidikan, data LSI Denny JA menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi pula persetujuan mereka terhadap calon pemimpin yang bebas dari korupsi. Di pemilih yang hanya lulus SD, yang menyatakan setuju pemimpin harus Kudus dari isu korupsi sebesar 92 %, sementara di Golongan terpelajar, mereka yang menyatakan setuju pemimpin harus bebas korupsi sebesar 96 %.
Di mereka yang berpendapatan rendah, atau yang disebut sebagai wong cilik, yang setuju dengan pemimpin Kudus sebesar 91.1 %, dan di mereka yang berekonomi mapan yang setuju pemimpin harus Kudus dari korupsi sebesar 96.8 %. Di segmen ekonomi menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat ekonomi, semakin pula persetujuan mereka bahwa pemimpin itu harus Kudus dari korupsi.
Mengapa kriteria pemimpin yang Kudus dan bebas dari korupsi menjadi kriteria Krusial bagi masyarakat Sultra menjelang pilkada 2024? LSI Denny JA menemukan bahwa Terdapat tiga Argumen. Argumen Pertama, mayoritas menilai bahwa kondisi ekonomi mereka Enggak membaik. Survei menanyakan kepada responden apakah mereka merasakan kondisi ekonomi mereka membaik, sama saja, atau lebih Jelek dibandingkan kondisi ekonomi mereka tahun-tahun sebelumnya. Mereka yang menyatakan kondisi ekonomi mereka memburuk atau stagnan totalnya sebesar 61.9 %. Dan hanya sebesar 38 % saja yang merasakan kondisi ekonominya membaik.
Memburuknya kondisi ekonomi Membangun masyarakat Sultra akan makin selektif dalam memilih pemimpinnya. Tentunya mereka berharap bahwa pemimpin pemerintahan selanjutnya dapat membantu mereka Buat Pandai memperbaiki kondisi ekonominya.
“Argumen Kedua, Unsur korupsi dinilai sebagai Unsur Primer ekonomi Enggak membaik. Sebesar 35.5 % menyatakan banyaknya korupsi di pemerintahan sebagai Argumen Primer mengapa kondisi ekonomi mereka Enggak membaik. Terdapat juga yang menyalahkan komitmen pemerintah dalam memenuhi janjinya Ialah sebesar 24.5 %. Mereka yang menyalahkan karena Argumen kondisi ekonomi nasional juga memburuk sebesar 15.2 %. Dan sebesar 7.8 % menyatakan karena memang pemerintah Enggak Acuh terhadap ekonomi masyarakat,” kata Adjie.
Argumen Ketiga, traumanya masyarakat Sultra atas kasus korupsi gubernur sebelumnya. Data survei menunjukan bahwa sebesar 61.8 % masyarakat Sultra mengetahui bahwa Gubernur Sultra sebelumnya Ialah Nur Alam, pernah tersandung kasus korupsi yang diduga merugikan negara sebesar 4.3 triliun. Dan dari mereka yang mengetahui kasus tersebut, sebanyak 94.1 % mengetahui Gubernur Nur Alam pernah dipenjara karena kasus tersebut.
“Dengan kasus korupsi yang pernah menimpa gubernur Sultra sebelumnya, keinginan Buat calon gubernur yang Kudus dari korupsi juga menjulang tinggi,” katanya.
36 hari jelang pilkada Gubernur Sultra 2024, Andi Sumangerukka dan Hugua (ASR-Hugua) Lagi unggul dibanding dengan calon gubernur dan wakil gubernur lainnya, dengan dukungan sudah di atas 35 %. Survei menunjukan bahwa dukungan terhadap ASR-Hugua sebesar 35.2 %, disusul Tina Nur Alam-LM Ihsan Taufik Ridwan (Tina-Ihsan) dengan dukungan sebesar 29.5 %, kemudian Kekasih Lukman Abunawas-La Ode Ida (LA-Ida) sebesar 20 %, dan terakhir Kekasih Ruksamin-LM Sjafei Kahar (Ruksamin-Sjafei) sebesar 10.7 %. Mereka yang belum menentukan pilihan sebesar 12 %.
Survei LSI Denny JA dilakukan pada bulan Oktober 2024. LSI Denny JA melakukan survei tatap muka (face to face interview) dengan menggunakan kuesioner kepada 800 responden di seluruh kabupaten/kota di Sulawesi Tenggara. Dengan 800 responden, margin of error survei ini sebesar 3.5 %. Survei dilakukan pada Rontok 8-17 Oktober 2024. (I-2)