Kasus TB di Indonesia Meningkat, Pemerintah Pantau Ketat Penanganannya di Setiap Daerah

Kasus TB di Indonesia Meningkat, Pemerintah Pantau Ketat Penanganannya di Setiap Daerah
Pemeriksaan kontak erat pasien TB.(Dok. Antara)

KASUS tuberkulosis (TB) di Indonesia Tetap Lalu mengalami peningkatan. Pemerintah pusat dan daerah menyatakan akan melakukan pemantauan Berbarengan setiap minggu Demi memantau capaian program pengendalian TB di seluruh Indonesia.

Mengacu pada Laporan TB Dunia yang diterbitkan oleh WHO Tahun 2023, Indonesia menempati posisi kedua setelah India dengan kasus sebanyak 1.060.000 dan Mortalitas sebanyak 134.000. Terdapat Sekeliling 15 orang yang meninggal akibat TB setiap jamnya di Indonesia.

Berdasarkan data tahun 2023 (data final per 1 Maret 2024), notifikasi kasus TB Sekeliling 821.200 kasus. Tetapi yang telah memulai minum obat TB Sensitif Obat 88% dari Sasaran 100% dan yang memulai minum obat TB Resistan Obat 73% dari Sasaran 90%. Artinya Tetap terdapat sejumlah orang yang terkonfirmasi TB yang Enggak memulai pengobatan dan dapat menularkan pada orang-orang di sekitarnya.

Cek Artikel:  Dekan FTUI Kampus Perlu Tingkatkan Kontribusi yang Berdampak Nasional

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan pemantauan tiap minggu bertujuan mempercepat Penaksiran dan pengobatan, serta meningkatkan cakupan program pengendalian penyakit menular tersebut.

“Dengan monitoring secara rutin antara pemerintah pusat dan daerah, kita Dapat mengevaluasi langkah-langkah yang telah diambil serta memastikan bahwa penanganan TBC berjalan efektif di seluruh Daerah,” kata Budi, di Jakarta, kemarin.

Adapun kegiatan monitoring mingguan ini, katanya, akan melibatkan seluruh pemangku kepentingan terkait, termasuk dinas kesehatan provinsi dan kabupaten-kota, rumah sakit, puskesmas, organisasi masyarakat sipil, dan komunitas.

Cek Artikel:  SBM ITB Gelar Semifinal Swiss Innovation Challenge Asean 2024

Penemuan kasus akan menjadi Pusat perhatian Penting dalam pemantauan ini, katanya, yang mencakup skrining TB pada populasi berisiko dan Penyelidikan kontak oleh tenaga kesehatan atau kader, dengan minimal 8 orang diperiksa Demi setiap kasus TB.

Sementara itu, kata Budi, pengobatan mencakup pendampingan pasien oleh tenaga kesehatan atau kader hingga pasien berhasil sembuh dari TB, serta penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kesehatan, yang mencakup pemenuhan akses diagnostik dan logistik di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes).

Sebagai langkah awal, pemerintah akan mengintensifkan upaya penemuan kasus TB terutama pada Grup berisiko tinggi seperti masyarakat yang tinggal di daerah padat penduduk dan mereka yang Mempunyai riwayat kontak erat dengan pasien TB.

Cek Artikel:  Ini Tantangan Neurologis yang Dihadapi Bayi Prematur

“Ini (skrining) yang harus kita tingkatkan, karena TBC terkadang Enggak bergejala. Tapi kalau di lingkungan kita Terdapat yang terkena TBC, lebih Bagus ditanyakan ke puskesmas Demi dicek, karena siapa Mengerti kita juga tertular,” kata Menkes. (Ant/Z-9)

Mungkin Anda Menyukai