Kasus DBD Meningkat di Yogyakarta, Pemerintah Gencarkan Gerakan PSN dan 3M Plus

Kasus DBD Meningkat di Yogyakarta, Pemerintah Gencarkan Gerakan PSN dan 3M Plus
Kasus DBD di Yogyakarta tahun 2024 meningkat 70% dibandingkan tahun sebelumnya. Dinas Kesehatan mengimbau masyarakat Demi aktif menjalankan PSN dan 3M Plus.(freepik)

MEMASUKI penghujung tahun, penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) kembali menggerogoti sejumlah Area di Indonesia, salah satunya Yogyakarta.

Kasus DBD di Kota Yogyakarta mengalami peningkatan. Hal itu menyusul jumlah penderita tahun ini mengalami lonjakan yang cukup tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.

Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Kesehatan pun semakin gencar mengimbau warganya Demi aktif menjalankan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), guna menanggulangi penyebaran penyakit yang ditularkan nyamuk Aedes aegypti ini.

Data Kasus DBD di Yogyakarta

Melansir data dari Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, dalam setahun terakhir, kasus DBD di kota tersebut meningkat drastis hingga 70%. Pada 2024 ini tercatat sebanyak 283 orang terkena DBD. Lonjakan tersebut sangat berbeda jauh dibandingkan tahun 2023 yang hanya menangani 86 kasus. 

Salah satu penyebab meningkatnya kasus DBD adalah cuaca yang Bukan menentu. 

Hujan yang disertai panas menciptakan kondisi yang ideal bagi perkembangan nyamuk penyebab penyakit berbahaya ini.

Menurut Endang Sri Rahayu, Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Menular dan Imunisasi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, menjelaskan Elemen Esensial yang berperan dalam peningkatan kasus DBD di kota pelajar tersebut adalah kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.

Cek Artikel:  Ditelantarkan Orang Uzur, Viral Bocah Bule Asal Ukraina 'Kocong' Naik ke Atap Rumah Anggota Bali

Tak hanya itu, Endang juga mengingatkan, agar masyarakat lebih aktif dalam menjalankan PSN secara rutin dan Berdikari.

Adakan Gerakan PSN dan 3M Plus

Pemerintah Kota Yogyakarta menghimbau warganya Demi Bukan hanya mengandalkan upaya dari pihak kesehatan, tetapi juga berpartisipasi aktif dalam pencegahan DBD. 

Salah satu Metode yang dapat mempersempit ruang perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti tersebut Yakni dengan menerapkan gerakan 3M Plus, yang meliputi menguras tempat penampungan air, menutup rapat wadah air, mendaur ulang barang bekas, serta menggunakan obat nyamuk dan memasang kelambu Demi tidur.

Selain itu, program “Satu Rumah Satu Jumantik,” diharuskan kembali digalakkan terutama pada daerah perkampungan dan perkantoran. 

Adanya program tersebut bertujuan memastikan setiap rumah Mempunyai pemantau jentik nyamuk (jumantik) dan memastikan Bukan Terdapat tempat berkembang biaknya nyamuk di lingkungan Kaum.

Cek Artikel:  Pesan Ma'ruf Amin ke Gibran di Momen HUT RI: Konsentrasi Hadapi Tantangan ke Depan yang Kagak Mudah

“Gerakan satu rumah satu jumantik harus dihidupkan Tengah di kampung dan perkantoran. Selain itu, masyarakat wajib melakukan 3M plus dan menghindari gigitan nyamuk dengan memakai baju panjang atau menggunakan kelambu,” papar Endang.

Upaya Puskesmas dan Koordinasi dengan Masyarakat

Sembari mengimbau warganya Demi melakukan gerakan “Satu Rumah Satu Jumantik”. Pemerintah Yogyakarta memberikan sarana berupa adanya salah satu puskesmas yang turut aktif dalam upaya pencegahan DBD Yakni Puskesmas Mantrijeron. 

Kepala Puskesmas Mantrijeron, Eny Purdiyanti, menegaskan pentingnya koordinasi antara pihak puskesmas, Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Kaum (RW) dalam menjalankan PSN.

 

“Kami selalu mengimbau kepada masyarakat Demi menjalankan PSN dengan Berdikari. Selain itu, Krusial juga Demi segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat Kalau mengalami gejala DBD,” ujar Eny.

Kemudian, Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta juga memperkuat upaya pencegahan  penyakit berbahaya ini dengan mengadakan penyuluhan kepada masyarakat melalui puskesmas-puskesmas di Yogyakarta. 

Penyuluhan ini bertujuan Demi meningkatkan kesadaran akan bahaya DBD dan langkah-langkah yang Dapat diambil Demi mencegahnya.

Tak hanya melalui puskesmas, sebagai bagian dari upaya pencegahan, Pemerintah Kota Yogyakarta juga memperkenalkan teknologi nyamuk Wolbachia. Teknologi ini diharapkan dapat membantu mengurangi penyebaran DBD dengan mengurangi jumlah nyamuk Aedes aegypti.

Cek Artikel:  Formal Jadi Kader Gerindra, Bobby Nasution Daftar Bacalon Gubernur Sumut

Menurutnya, meskipun Bukan menjamin 100% efektif, teknologi ini diharapkan dapat membantu mengurangi penyebaran DBD dengan mengurangi jumlah nyamuk Aedes aegypti.

“Ketika DBD tahun ini naik di Segala Area, Kota Yogyakarta juga ikut naik. Tetapi, dibandingkan dengan Area lainnya, Kota Yogyakarta berada di posisi kelima se-DIY,” ungkapnya.

Pentingnya Penanganan Pagi

Selain pencegahan, penanganan Pagi bagi penderita DBD juga menjadi hal yang sangat Krusial. Endang Sri Rahayu mengingatkan kepada masyarakat Demi segera membawa Personil keluarga yang menunjukkan gejala DBD, seperti demam tinggi mendadak, nyeri otot, atau munculnya bintik merah pada kulit, ke fasilitas kesehatan. 

“Penanganan yang Segera dan Betul sangat Krusial Demi mencegah komplikasi yang lebih serius,” ujarnya.

Sementara itu, diakhir Kepala Puskesmas Mantrijeron, Eny Purdiyanti, berharap agar upaya Berbarengan ini dapat membuahkan hasil, sehingga Kota Yogyakarta Dapat bebas dari ancaman penyakit DBD yang berbahaya ini. (Pemerintah Kota Yogyakarta/Kemenkes RI/Z-3)

Mungkin Anda Menyukai