
KANYE West menghadapi gugatan pelanggaran hak cipta dari seorang Selebriti Jerman yang menolak dikaitkan dengan rapper tersebut.
Pada Selasa, 25 Maret, penyanyi asal Jerman, Alice Merton, Serempak dua perusahaan Jerman lainnya, mengajukan gugatan terhadap rapper Graduation atas “Pemanfaatan komersial tanpa izin atas komposisi musik ‘Blindside’.”
Menurut Berkas gugatan yang diperoleh PEOPLE, Merton, MERTON & GRAUWINKEL GMBH, dan PAPER PLANE PUBLISHING GMBH Mempunyai hak atas Musik tersebut. Mereka menuduh West, 47, “dengan sengaja melakukan pelanggaran hak cipta” dengan memasukkan sampel Bukan Absah dari Blindside ke dalam Musik Gun to the Head.
“Para penggugat mengalami kerugian akibat pelanggaran tersebut berdasarkan kepemilikan mereka atas komposisi tersebut, termasuk 50% dari bagian penerbit dan bagian hak penulis,” demikian bunyi gugatan tersebut.
Para penggugat menuntut “ganti rugi serta Embargo penggunaan lebih lanjut” atas dugaan pelanggaran hak cipta dan persaingan Bukan sehat.
Merton merilis Blindside pada 2022. Pada Desember 2023, dalam acara Vultures di Miami, West memperkenalkan kolaborasinya dengan Kid Cudi dan Ty Dolla $ign berjudul Gun to My Head. Begitu itu, publik menyadari Musik tersebut mengandung sampel Bukan Absah dari Blindside.
Kemudian, pada 15 Februari, West dikabarkan meminta persetujuan dari BMG Buat menggunakan Musik tersebut sebagai sampel dalam Gun to My Head. Tetapi, permintaan tersebut ditolak pada Maret tanpa Dalih yang diberikan. Ketika diminta penjelasan, para penggugat menyatakan “nilai-nilai Selebriti tersebut bertentangan dengan nilai-nilai kami.”
“Alice Merton Bukan Ingin mengorbankan keyakinan pribadinya dan Bukan Ingin dikaitkan dengan [West] dalam bentuk apa pun,” bunyi Berkas gugatan. “Kekhawatiran besar bagi penggugat Merton adalah pernyataan antisemit dan rasis yang dibuat secara publik oleh terdakwa [West] dan Lanjut berlanjut hingga kini.”
Lebih lanjut, gugatan menyebut “Merton adalah Penduduk Jerman yang Mempunyai Interaksi dekat dengan Holocaust melalui Member keluarganya yang selamat dari peristiwa mengerikan tersebut, sehingga merasa sangat terhubung dengan sejarah itu.”
Setelah album Vultures dirilis pada Agustus 2024 tanpa menyertakan Musik tersebut, para penggemar dikatakan menjadi “tak kenal lelah” dan mengancam Merton Apabila ia Bukan mengizinkan sampel tersebut digunakan. Akibat ancaman ini, Merton takut Buat kembali ke Amerika Perkumpulan Buat melanjutkan tur konsernya.
Pada Agustus 2024, BMG mengirimkan surat Formal kepada West yang menuntutnya Buat “berhenti, menghentikan, dan menahan diri dari segala bentuk pelanggaran lebih lanjut.” Tetapi, menurut gugatan, West Bukan menanggapi surat tersebut.
“Selain asosiasi negatif dengan [West] yang Ingin dihindari oleh para penggugat, Merton mulai menerima ancaman pembunuhan dan pelecehan dari penggemar terdakwa secara online karena ia menolak mengizinkan penggunaan sampel lagunya. Terdakwa Bukan melakukan apa pun Buat menghentikan pelecehan tersebut, membiarkan para penggemarnya mengintimidasi dan melecehkan Merton, serta Bukan mengakui bahwa penggugat telah menolak permintaannya Buat menggunakan Musik tersebut,” bunyi Berkas tersebut.
Selain menuntut ganti rugi, para penggugat juga meminta agar kasus ini disidangkan di hadapan juri.
Gugatan ini muncul setelah serangkaian pernyataan antisemit yang dibuat West di media sosial. Pada Februari, agensi bakatnya mencabut kontraknya karena “komentar yang berbahaya dan penuh kebencian.”
Pada 6 Februari, West mengunggah pernyataan di X (sebelumnya Twitter), menyebut antisemitisme sebagai “omong Hampa yang dibuat-buat oleh orang Yahudi” dan menyatakan ia “Bukan akan pernah meminta Ampun atas komentarnya tentang orang Yahudi.”
Lima hari kemudian, pada 11 Februari, situs web Yeezy miliknya ditutup setelah ia menjual kaus bergambar swastika, yang melanggar kebijakan Shopify. Pada hari yang sama, seorang mantan karyawan Yeezy mengajukan pengaduan, menuduh West membandingkan dirinya dengan Hitler dan mengancamnya karena ia adalah seorang Yahudi. Ia juga mengklaim West memecatnya setelah ia melaporkan perilaku tersebut kepada atasannya.
Sebelumnya, komentar antisemit West telah menyebabkan putusnya kerja sama dengan merek-merek besar seperti Adidas, Balenciaga, dan Gap. (People/Z-2)