KETUA Komite Advokasi Percepatan Penurunan Stunting, Kesehatan Ibu dan Anak dan SDG’s PB IDI, Prof Agussalim Bukhari menjelaskan pengolahan susu ikan tergantung bagaimana canggihnya pengolahannya. Kalau pengolahan sederhana, tentunya jauh berbeda dengan pengolahan yang canggih.
Susu ikan yang dimaksud merupakan produk dari ikan yang sudah diolah menjadi suatu produk ultraproses.
“Jadi kalau pengolahannya canggih, kandungan proteinnya bisa lebih tinggi juga karena dia bisa dibuat dalam bentuk terhidrolisa konsentrat. Jadi kandungan protein tentu akan menjadi lebih tinggi. Terdapat banyak teknik pengolahan susu, ada pasteurisasi misalnya mungkin sekitar 70 derajat saja selama setengah jam,” kata Prof Agussalim, Senin (16/9).
Baca juga : Apa Itu Susu Ikan, Yeay or Nay?
Kalau dibandingkan Ultra High Temperature (UHT) semakin tinggi suhu tentunya makin banyak gizi yang rusak. Sehingga produk susu dengan pemanasan tinggi biasanya minimal 50% vitamin-vitamin akan rusak. Oleh karenanya biasanya susu difortifikasi, ditambahkan lagi vitaminnya untuk memperbaiki.
“Tapi proteinnya biasanya aman. Jadi protein itu dengan pengolahan yang baik biasanya itu kan tidak rusak. Hanya yang concern itu terutama adalah vitamin. Mineral juga lebih resistant sedikit, lebih tahan daripada vitamin,” ujarnya.
Selain itu semua produk juga harus steril. Kalau tidak steril bisa ditemukan kuman atau berjamur sebabkan bisa diare.
Baca juga : IDI Makassar Sesalkan Pj Wali Kota Luaskan Restriksi
Selain itu ia menegaskan susu sapi degan susu ikan 100% tidak sama. Tapi bahwa sebagai sumber protein, dua-duanya tentu baik karena sumber protein itu ada banyak.
“Kagak boleh kita mengharapkan dari susu sapi saja. Apalagi susu juga harganya menjadi mahal sekarang dan kalau di luar negeri itu untuk memelihara sapi yang berkualitas itu luar biasa perawatannya,” ungkapnya.
“Termasuk rumputnya saja harus sangat sehat dan lain sebagainya. Itu yang membuat harganya menjadi mahal. Sedangkan untuk ikan kan lebih mudah, tinggal kita tangkap saja di perairan kita,” lanjutnya.
Dari segi kualitas keduanya sumber protein yang baik ditambah vitamin dan mineral yang sama.
“Satu keunggulan yang saya kira di media juga sudah ditulis bahwa kalau dari ikan kan semua orang sudah tahu umumnya ya bahwa mengandung omega 3,” pungkasnya. (H-2)