Kamala Harris Unggul Tipis dari Donald Trump Satu Bulan Jelang Pemilu AS

Kamala Harris Unggul Tipis dari Donald Trump Satu Bulan Jelang Pemilu AS
Wakil Presiden Amerika Perkumpulan Kamala Harris (kiri).(AFP)

SAAT Pemilu Amerika Perkumpulan memasuki bulan terakhir, jajak pendapat terbaru Guardian menunjukkan Kamala Harris unggul tiga poin persentase secara nasional jika dibandingkan dengan penantangnya Donald Trump. 

Dalam jajak pendapat yang lebih menentukan di tujuh swing states atau negara bagian yang menjadi perebutan suara, Harris unggul di lima negara bagian meski dengan kemenangan tipis. 

Oleh karena itu, kedua pasangan calon presiden maupun calon wakil presiden berjuang keras mengamankan suara di mereka tujuh wilayah yang meliputi Arizona, Georgia, Michigan, Nevada, North Carolina, Pennsylvania, dan Wisconsin. 

Baca juga : Billie Eilish Susul Taylor Swift Konkretkan Dukungan untuk Kamala Harris

Harris dan pasangannya Tim Walz akan berkampanye di Arizona pekan ini, di mana pemungutan suara awal dimulai pada hari Rabu. Pemilu Amerika Perkumpulan memang akan digelar pada 5 November mendatang, namun pemungutan suara awal sudah mulai digelar. 

Pada hari Kamis (10/10/2024), kubu Demokrat akan mendapatkan dukungan ekstra dari mantan Presiden AS Barack Obama yang akan mulai ikut serta dalam kampanye Kamala Harris di Pennsylvania–sebuah negara bagian yang sangat penting. 

Cek Artikel:  Jaksa Singapura Bebaskan Bapak Terduga Pelaku Pembunuhan Anak Sendiri, Sebut Kagak Terdapat Bukti Tindak Pidana

“Dia akan mulai di Pittsburgh dan kemudian akan melakukan perjalanan ke seluruh negeri atas nama Harris,” kata para staf kampanye.

Baca juga : Taylor Swift Dukung Kamala Harris dalam Pemilihan Presiden 2024

Trump juga mengadakan rapat umum di Juneau, Wisconsin, pada Minggu (6/10/2024) sore waktu setempat, sehari setelah dia kembali dari pasar malam di Butler, Pennsylvania, di mana dia hampir dibunuh pada 13 Juli lalu.

Trump dan putranya Eric, menggunakan kesempatan ini untuk menyebarkan klaim tak berdasar bahwa Partai Demokrat berada di balik upaya pembunuhan terhadap Trump.

“Mereka mencoba membunuhnya, itu karena Partai Demokrat tidak bisa berbuat apa-apa dengan benar,” kata Eric Trump. 

Baca juga : Putin Dukung Harris, Trump: Saya tidak Mengerti Harus Bagaimana

Cek Artikel:  Rusia Berhasil Serang New York

Dalam kesempatan itu, Trump juga mengundang CEO Tesla Elon Musk untuk berpidato di atas panggung.

Di sisi lain, Ketua DPR AS dari Partai Republik, Mike Johnson, diminta komentar terkait siapa yang bertanggung jawab akibat meningkatnya potensi kekerasan politik menjelang Pemilu pada 5 November. 

Tetapi, Johnson menghindari konfrontasi dan mengatakan dia belum mendengar seluruh pidato Trump yang menuding Demokrat bertanggung jawab atas upaya penembakan tersebut.

Baca juga : Gedung Putih: Putin Harus Berhenti Bicara Pilpres AS

Dia juga menolak menjawab apakah Trump kalah dalam Pemilu 2020 di tengah kebohongan Trump yang terus berlanjut bahwa dia adalah pemenang sebenarnya.

“Ini adalah permainan yang dimainkan oleh media dengan tokoh-tokoh Partai Republik sepanjang waktu, ini adalah permainan yang tidak masuk akal, dan saya tidak akan terlibat di dalamnya,” kata Johnson.

Sulit percaya
Sementara itu, Istri Donald Trump, Melania Trump, mengaku sulit mempercayai pejabat tinggi FBI, CIA, dan lembaga federal lainnya perihal insiden penembakan yang dialami Donald Trump di Butler. Hal itu ia sampaikan saat diwawancarai pembawa acara Fox News, Maria Bartiromo. 

Cek Artikel:  87 Negara Terbaik Dunia pada 2023, Indonesia Nomor Berapa

Dalam wawancaranya, Bartiromo menyiratkan pejabat tinggi FBI, CIA, dan lembaga federal lainnya tampaknya menentang Trump dan Melani sejak hari pertama berlangsungnya kampanye.

“Sulit untuk mengatakan siapa yang benar-benar Anda percayai. Anda ingin, tapi itu selalu menjadi tanda tanya,” jawab Melania atas pertanyaan Bartiromo.

Melania Trump, saat mempromosikan bukunya Melania, juga berbicara tentang sikapnya yang pro-aborsi. Dia mengatakan suaminya selalu sadar akan keyakinannya.

“Dia mengetahui posisi dan keyakinan saya sejak kami bertemu, dan saya percaya pada kebebasan pribadi. Saya ingin memutuskan apa yang harus saya lakukan dengan tubuh saya. Saya tidak ingin pemerintah mencampuri urusan pribadi saya,”  pungkasnya. (Theguardian/Fer/P-3)

Mungkin Anda Menyukai