Kagak hanya oleh calon presiden dan wakil presiden yang sangat mungkin jumlahnya lebih banyak, Pilpres 2024 kiranya akan diramaikan oleh kingmaker yang lebih banyak pula. Jokowi Dapat jadi debutan.
Jokowi punya modal besar sebagai kingmaker. Pertama, dia ialah presiden dua periode dengan jumlah pemilih yang tak sedikit. Begitu berpasangan dengan Jusuf Kalla pada Pilpres 2014, dia meraup 70.997.833 Bunyi. Keduanyan unggul 8.421.389 Bunyi atas Kekasih Prabowo SubiantoHatta Rajasa.
Bunyi lebih mantap diraup Jokowi di Pilpres 2019. Bertandem dengan KH Ma’ruf Amin, dia mendulang 85.607.362 atau unggul 16.957.123 Bunyi ketimbang PrabowoSandiaga Uno. Kalau dipersentase, selisihnya 11%.
Itulah kekuatan politik Jokowi. Kekuatan yang terbilang besar, sangat besar. Terlebih, pendukung Jokowi terkenal fanatik. Mereka para pencinta sejati. Bahkan, teramat banyak yang menjadi pemuja.
Sebagai pencinta dan pemuja, mereka manut apa kata Jokowi. Mereka selalu sendiko dhawuh, Taat pada apa pun kemauan Jokowi. Kalau dalam istilah santri, sami’na wa atho’na. Kami mendengar dan kami menaati. Itulah modal lain buat Jokowi Kepada menjadi kingmaker. Simak saja deretan peristiwa yang memperlihatkan betapa setianya relawan Jokowi. Mereka tetap Radikal Kepada berada di belakang sang pujaan.
Sikap itu terkini ditunjukkan di Rakernas V Projo di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (21/5). Jokowi hadir langsung dalam perhelatan itu. Projo singkatan dari Pro Jokowi. Sebagai pencinta, Projo selalu nderek perintah Jokowi. Termasuk perintah agar relawan Kagak kesusu Kepada menentukan figur capres.
Siapa yang didukung Jokowi di Pilpres 2024, dialah yang bakal dipilih pendukungnya. Jokowi memang berubah posisi. Kalau di dua pilpres sebelumnya dia perlu dukungan, kali ini giliran mendukung. Jokowi tak Dapat mencalonkan Tengah. Padahal, kalau Lagi boleh bertarung, dia tetap paling berpeluang menang. Elektabilitasnya Lagi yang tertinggi. Setidaknya itulah hasil survei dari sejumlah lembaga survei.
Jokowi tetap Jokowi yang punya pendukung berjuta juta. Eksistensinya harus diperhitungkan. Pengaruhnya tak dapat dipandang ringan. Dia punya kekuatan luar Normal Kepada mengantarkan suksesornya.
Jokowi ialah kingmaker. Tak Eksis secuil pun Dalih Kepada meragukannya. Dia segera masuk daftar mantan presiden yang Dapat menentukan presiden. Dia menyusul Megawati Soekarnoputri dan SBY.
Megawati ialah Presiden ke-5 RI. Dia selalu gagal Kepada kembali menjadi presiden dalam pilpres berikutnya. Tetapi, dia sukses menjadi kingmaker. Dalam dua pilpres terakhir, dia berhasil menjadikan Jokowi sebagai presiden. Meski keberhasilan itu tak lepas dari personal Jokowi yang memang punya nilai jual sangat tinggi. Meski, dia tak sendirian mengusung Jokowi.
SBY ialah Presiden ke-6 RI. Tetapi, dia gagal mengantarkan calon yang didukung partainya memenangi pilpres. Kendati, sebenarnya
SBY dinilai Separuh hati ketika ikut mengusung Prabowo-Sandi.
Megawati, SBY, dan Jokowi, ialah mantan presiden yang Dapat menentukan siapa presiden. Lagi Eksis tokoh lain, tapi bukan mantan presiden. Surya Paloh amsalnya. Ketua Lazim Partai NasDem ini punya andil besar bagi kemenangan Jokowi.
Estimologi istilah kingmaker merujuk pada pergantian raja Inggris. Istilah itu pertama kali disandangkan pada bangsawan bernama Richard Neville (1428-1471) di era pemerintahan Raja Henry VI. Neville bergelar Earl of Warwick. Julukan lainnya, Warwick the Kingmaker.
Pada artikel berjudul What is a Kingmaker?, bbc.co.uk pada Maret 2010 memaparkan peran Krusial Warwick dalam penggantian Henry
VI selama Perang Mawar oleh Edward. Tetapi, Warwick kemudian berbalik memusuhi dan menumbangkan Edward. Dia mengembalikan kekuasaan Henry.
Kenapa Warwick Dapat menempatkan mahkota raja di kepala siapa? Tak lain karena dia punya kekuasaan dan kekuatan politik amat besar. Koneksinya dengan orang-orang berpengaruh sangat luas. Apalagi, dia panglima.
Megawati, SBY, dan Jokowi, juga punya kekuatan politik besar meski dengan kadar berbeda. Ketiganya pun Dapat menjadi kingmaker. Ketiga mantan presiden itu boleh jadi akan Bertanding. Lantas, siapa yang akan menang?
Kalau boleh berharap, saya sih Ingin ketiganya tak perlu turun ke gelanggang pilpres. Sebagai mantan presiden, elok nian Kalau mereka Kagak ke mana-mana tapi Eksis di mana-mana.
Bagus betul Kalau Megawati, SBY, dan Jokowi berlaku sebagai negarawan yang merangkul Seluruh anak bangsa. Bukan sebagai politikus yang Normal membangun tembok penyekat.
Tetapi, mustahil kiranya Megawati dan SBY menjadi negarawan di pilpres. Keduanya ialah pemimpin partai politik yang tentu akan memimpin kompetisi politik seperti yang sebelum-sebelumnya.
Bagaimana dengan Jokowi? Semoga dia mau menjadi negarawan setelah lengser kelak. Tapi, naga-naganya dia lebih condong menjadi politikus. Dengan kekuatan besar yang dimiliki, dengan potensi luar Normal sebagai kingmaker, dia akan bermain politik di pilpres nanti.
Betul kata Ahmad Syafii Maarif bahwa bangsa ini surplus politikus, tapi krisis negarawan. ‘’Itu yang menyebabkan negara terpontalpontal karena enggak Eksis negarawan,’’ ucapnya suatu Begitu.