WAKIL Presiden RI ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla mengkritisi peran Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud-Ristek) Nadiem Makarim terhadap kondisi pendidikan di Indonesia saat ini.
“Di belakang dari semua pendidikan ini ada the man behind the gun. Saya coba cari siapa menteri pendidikan selama ini mulai dari Ki Hajar Dewantara, ada Pak Soemantri Brodjonegoro, Syarief Thayeb, Daoed Joesoef, pak Juwono Sudarsono, Abdul Malik Fadjar, Muhadjir Effendy, Mohammad Nuh, Anies Baswedan, dan Mas Nadiem yang tidak punya pengalaman pendidikan, tidak pernah datang ke daerah, dan jarang ke kantor. Bagaimana bisa,” ungkapnya dalam Obrolan Grup Terpumpun bertajuk Menggugat Kebijakan Anggaran Pendidikan, Sabtu (7/9).
“Kementerian ini juga menjadi kementerian yang suka ganti ganti nama sampai sekarang menjadi Kemendikbud-Ristek yang tugasnya panjang sekali tapi dipimpin oleh orang yang jarang ke kantor. Saya minta ketemu aja malah ketemu di apartemen. Saya katakan aja ke depan jangan seperti itu lagi pilih menteri. Karena berapapun anggaran dikasih kalau begini bagaimana bisa jadi,” lanjut JK.
Baca juga : Anggaran Turun, Berbagai Program Kemenndikbud Ristek Pahamn Depan Tak akan Optimal
JK menggambarkan bahwa ketika dirinya memiliki sebuah perusahaan, hal yang pertama dia siapkan adalah orang yang terbaik, bukan anggarannya berapa tapi orangnya bagaimana. Dia menekankan bahwa anggaran menjadi hal yang kesekian dan bukan yang pertama.
“Jadi orangnya dulu, apa yang mau dicapai, baru anggaran. Seluruh tokoh pendidikan selalu memipin pendidikan di Indonesia. Begitu menterinya tidak ngerti pendidikan ditambah malas lagi mengurusi pendidikan, kacau lah semua ini,” ujarnya.
“Pemerintah yang datang tolong lah dipilih betul menteri yang ngerti pendidikan. Kalau tidak, mau sekian triliun dikasih begini lah akan hancur pendidikan. Jadi bukan hanya anggaran diperbaiki, tapi orang yang melaksanakan anggaran juga perlu diperbaiki,” sambung JK.
Baca juga : Mendikbud-Ristek: Pagu Anggaran 2025 Konsentrasi pada Kesejahteraan Guru
JK menekankan bahwa seluruh negara maju mementingkan pendidikan seperti Tiongkok, Jepang, Korea Selatan dan membenahi pendidikan. Hal ini menunjukan bahwa pendidikan memang menjadi hal yang dasar dari semua.
Terkait dengan anggaran, JK merasa bahwa hal paling tepat untuk dilakukan saat ini adalah mengefektifkan anggaran bukan menggugat anggaran.
“Bagi-bagi anggaran ini menjadi cara untuk mengatasi kesulitan bahwa negara ini sulit. Anggaran pendidikan sejak 2005 itu tidak pernah tercapai 20% hanya bisa 11%. Hal ini karena gaji guru dikeluarkan dari anggaran pendidikan. Akhirnya pada 2006 dimasukan lah gaji guru dan tercapai 21%. Itu sejarahnya untuk mencapai 20%. Jadi sebenarnya anggaran terbesar dari pendidikan adalah gaji guru. Jadi bisa dilihat bahwa 9% dari APBN itu gaji guru,” tandasnya. (Z-9)