KANSELIR Jerman Olaf Scholz mengatakan tidak akan ada perdamaian di Timur Tengah tanpa negara Palestina yang merdeka. Negara Palestina merupakan bagian penting dari solusi damai dalam konflik di kawasan saat ini, terutama agresi Israel di Jalur Gaza.
“Kami telah mengatakan dengan jelas bahwa harus ada perspektif Solusi Dua Negara dan tanpa harapan kemungkinan pemerintah sendiri, perdamaian tidak mungkin terjadi dan harus ada perspektif damai bagi negara Palestina di Tepi Barat dan Gaza dan Israel yang berdampingan,” kata Scholz dalam sebuah pertemuan di kota utara Bremen, Jerman, dilansir Yeni Safak, Selasa (20/8).
Ia mengungkapkan itu merupakan posisi Eropa, Amerika Perkumpulan, dan Jerman mengenai masalah ini. Pihaknya berpegang teguh solusi tersebut.
Baca juga : PM Spanyol: Pengakuan Palestina, Satu-satunya Jalan Perdamaian di Timur Tengah
“Itu dalam apa yang kami lakukan dan kritik, bahkan jika ada sesuatu yang perlu dikritik,” tambahnya.
Bulan lalu, Jerman mengatakan tidak mendukung kebijakan pendudukan Israel setelah pengadilan PBB menegaskan hak Palestina untuk menentukan nasibnya sendiri dan memutuskan bahwa organisasi Israel di wilayah pendudukan harus dievakuasi.
“Pemerintah Jerman saat ini hanya mendukung Israel karena tanggung jawab historisnya terhadap negara Yahudi, dan itu tidak berarti “Jerman mendukung kebijakan pendudukan Israel,” kata wakil juru bicara Kementerian Luar Negeri Christian Wagner.
Baca juga : Abbas Tekankan Krusialnya Hak Palestina dalam Pidato PBB
“Terserah pada pemerintah Israel untuk menarik kesimpulan dari laporan (Mahkamah Global) ini,” tambahnya.
Wagner mengatakan negaranya telah berulang kali menjelaskan sikap dan posisi mengenai kebijakan pendudukan Israel. Mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera, Israel telah menghadapi kecaman internasional di tengah serangan brutalnya di Jalur Gaza sejak serangan 7 Oktober 2023 oleh kelompok pejuang Palestina Hamas.
Lebih dari 40 ribu warga Palestina telah terbunuh sejak saat itu, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan lebih dari 90.000 orang terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.
Lebih dari 10 bulan setelah serangan Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur di tengah blokade makanan, air bersih, dan obat-obatan. (I-2)