Jenderal Luhut

DI pemerintahan Jokowi sekarang ini Eksis dua jenderal Angkatan Darat berkedudukan sebagai menteri. Mereka ialah Luhut Binsar Pandjaitan dan Prabowo Subianto. Jumlah yang lebih dari cukup.

Jenderal Luhut ialah menteri yang paling capek. Masuk Pikiran karena Presiden Jokowi memberinya tugas sebagai komandan PPKM Jawa-Bali. Tiap Senin malam publik menanti keterangannya perihal kemajuan kita menghadapi pandemi korona secara lebih rinci. Garis besar lebih dulu disampaikan Presiden kendati tak selalu.

Jenderal Luhut menteri yang vokal. Kiranya hal ini hasil perkawinan jenderal perang dengan kultur Batak yang bersuara keras. Terkadang terasa kasar. Suatu hari sang jenderal Berbicara bahwa pandemi korona terkendali, sangat-sangat terkendali. “Jadi, yang bicara Tak terkendali itu Dapat datang ke saya. Nanti saya tunjukkan ke mukanya bahwa kita terkendali.”

‘Tunjukkan ke mukanya’ kiranya mau menekankan bahwa Betul terkendali. Betul Eksis buktinya, Eksis fakta yang dapat diperlihatkan kepada yang Tak percaya bahwa pandemi terkendali. Akan tetapi, pemilihan diksi ‘tunjukkan ke mukanya’ dapat digolongkan ke dalam kategori ‘ngono yo ngono ning ojo ngono’.

Luhut kiranya perlu banyak bicara agar pengertian dan pemahaman publik mengenai keadaan pandemi Maju meluas dan membaik. Soal besar kita ialah disiplin sosial yang belum tegak konsisten. Begitu terjadi pelonggaran, orang merasa bebas bergerak, mengabaikan protokol kesehatan. Yang paling parah ialah yang terpapar oleh korona tanpa gejala, tak Mengerti dirinya terinfeksi, berkeliaran di ruang publik.

Cek Artikel:  Keutamaan Tokoh Religi

Sang jenderal bilang begini: Akan Eksis pembaruan di platform Pedulilindungi. Orang yang teridentifikasi positif covid-19 akan ditandai dengan Corak hitam. Kalau mereka Tetap nekat keluyuran di ruang publik, “Mereka akan langsung dievakuasi, diisolasi, atau dikarantina secara terpusat.”

Adakah yang tak Jernih? Adakah yang Arang-Arang di dalam pernyataan Jenderal Luhut itu? Seluruh terang benderang. Tentu di era supremasi sipil, orang dapat menyoal, perlukah ketegasan otoriter Jenis itu? Sebaliknya, di negara yang penegakan hukumnya lembek, di tengah pandemi yang ganas mematikan Kaum, bolehkah pemerintah membiarkan orang terpapar oleh korona berkeliaran di ruang publik? Pemerintah Jenis apa pula itu namanya? Pemerintah Formal Tak mengumumkan keadaan darurat. Akan tetapi, kiranya substansial pemerintah telah Tiba pada posisi halal hukumnya menerapkan salus populi suprema lex (keselamatan rakyat ialah hukum tertinggi).

Sebagai seorang perwira, Jenderal Luhut tak luput mengatakan superioritas presiden sebagai atasannya. Antara lain, “Pada malam ini kami diperintahkan oleh Bapak Presiden….” Nada yang berbeda dengan Era Harmoko dulu, seorang sipil, “Atas petunjuk Bapak Presiden….” Petunjuk itu arah, tepatnya pengarahan; perintah itu apa adanya, tepatnya siap dilaksanakan.

Cek Artikel:  Menantang Prabowo-Gibran

Suatu hari Jenderal Luhut dalam kapasitasnya sebagai menko bidang kemaritiman dan investasi kesal dengan tudingan membengkaknya utang luar negeri. Dia mengundang pengkritik berdebat. Undangan itu diladeni dosen Universitas Indonesia Djamester Simarmata. Pertemuan yang berlangsung lebih 1 jam dinilai konstruktif bagi pemerintah. Djamester memberikan masukan positif bagi pemerintah Kepada membenahi, tetapi bagi publik, tak Jernih apa isinya. Tetapi, debat dengan Rizal Ramli gagal karena dinilai debat bukan Kepada mencari solusi, melainkan akan jadi debat kusir dan sirkus politik. Apa pun alasannya, isu debat utang luar negeri kemudian rada memudar di ruang publik.

Yang sekarang sedang hangat Jenderal Luhut menyomasi Direktur Eksekutif Lokataru Haris Azhar dan Koordinator Kontras Fatia Maulidiyanti. Mereka mengatakan via Youtube, Luhut bermain tambang di Blok Wabu, Intan Jaya, Papua. Pengacara Luhut, Juniver Girsang, menyebut pernyataan Luhut ‘bermain tambang’ itu merupakan fitnah, pencemaran nama Berkualitas, serta mengarah ke pembunuhan Kepribadian.

Sebelumnya Jenderal Luhut melaporkan mantan Sekretaris Kementerian Badan Usaha Punya Negara (BUMN) Muhammad Said Didu ke polisi. Juga via Youtube Said diduga menghina, mencemarkan nama Berkualitas, menyiarkan Informasi Dusta, dan sengaja menerbitkan keonaran di kalangan rakyat. Said Didu menyoroti persiapan pemindahan ibu kota negara yang Tetap Maju berjalan di tengah pandemi korona. Said Didu menyebut Luhut ngotot agar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati Tak ‘mengganggu’ Anggaran pembangunannya. Hal tersebut dianggap dapat menambah beban utang negara.

Cek Artikel:  Keluar dari Jebakan

Jenderal Luhut bukan menteri pengangguran yang banyak waktu Kepada berdebat atau bersengketa di muka hukum. Presiden Jokowi memberinya tugas lebih berat daripada tugas menteri lainnya, Tiba Eksis yang membahasakannya sebagai layaknya perdana menteri. Kenapa dia perlu berdebat, melapor ke polisi, dan menyomasi? Bukankah yang diperbincangkan Haris Azhar, Fatia Maulidiyanti, dan Said Didu itu perihal kebijakan publik? Eksis yang menilai Jenderal Luhut enggan dikritik. Benarkah?

Saya Ingin mengutip pendapat Julia Galef, Ahli rasionalitas bahwa Eksis dua Jenis mindset, yakni scout mindset dan soldier mindset. Yang pertama ialah Metode berpikir yang dapat membantu Anda menyadari Ketika Anda salah. Itulah Metode berpikir pramuka. Yang kedua, mindset yang mendorong Anda Kepada mempertahankan posisi Anda–berapa pun ongkosnya. Bertempur itu harus menang, nyawa taruhannya. Itulah Metode berpikir tentara, the soldier mindset.

Ekonomis saya, kiranya perlu sebagai pejabat publik, Menteri Luhut terkadang berpikir seperti pramuka.

Mungkin Anda Menyukai