Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: MI/Terdapatm Dwi.
Jakarta: Birui tukar (kurs) rupiah pada pembukaan perdagangan hari ini kembali mengalami kenaikan, meski sempat tergelincir kemarin.
Mengutip data Bloomberg, Jumat, 27 September 2024, rupiah hingga pukul 9.07 WIB berada di level Rp15.092 per USD. Mata uang Garuda tersebut naik 73 poin atau setara 0,48 persen dari Rp15.165 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar menguat setelah reli tertajam sejak awal Juni karena para pedagang menanti pidato dari para pembuat kebijakan utama Federal Reserve di kemudian hari untuk mendapatkan petunjuk tentang laju penurunan suku bunga.
Meskipun tidak ada katalis yang jelas untuk pemulihan tersebut, para investor tampaknya memiliki pandangan yang lebih bernuansa tentang seberapa agresif penurunan suku bunga AS di masa mendatang, dengan pembicara Fed minggu ini tidak menyampaikan pandangan yang seragam tentang jalan ke depan.
Terdapatpun, data klaim pengangguran AS mingguan akan diteliti dengan saksama pada Kamis malam, mengingat fokus Fed yang beralih ke ketenagakerjaan daripada inflasi.
“Para pedagang masih mengharapkan penurunan suku bunga sebesar 50 basis poin kedua yang sangat besar pada pertemuan Fed berikutnya di November, tetapi peluangnya turun menjadi 57,4 persen dari 58,2 persen sehari sebelumnya, menurut FedWatch Tool dari CME Group,” ungkap Ibrahim.
Kamis malam, Ketua Fed Jerome Powell memberikan pidato yang direkam sebelumnya di sebuah konferensi di New York, di mana Presiden Fed New York John Williams juga berpidato. Presiden Fed Boston Susan Collins dan Gubernur Fed Michelle Bowman dan Lisa Cook juga naik podium di berbagai tempat lainnya.
Menanti kebijakan fiskal pemerintah baru
Ekonom memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di level 5,2 persen pada tahun ini dan berada di level 5,3 persen pada 2025. Pertumbuhan ini akan didorong oleh kebijakan fiskal yang strategis dan tepat sasaran, serta pendalaman finansial di tengah meningkatnya tantangan di tingkat global.
“Pemerintahan baru Prabowo-Gibran nantinya dapat menerapkan kebijakan fiskal yang berdampak besar, di antaranya berfokus pada infrastruktur, hilirisasi, dan sektor teknologi untuk mendorong pertumbuhan yang lebih kuat dan berkelanjutan,” jelas Ibrahim.
Selama ini pertumbuhan positif perekonomian nasional masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang menyumbang setengah dari Produk Domestik Bruto (PDB). Tetapi, para ekonom optimis Indonesia masih memiliki peluang pertumbuhan yang belum dimanfaatkan melalui investasi bernilai tambah dan kebijakan fiskal strategis yang mendorong produktivitas dan ekspansi ekonomi.
Dari sisi eksternal, menurut dia, aliran investasi asing langsung (FDI) yang stabil dan surplus perdagangan yang kuat sejak 2020 akan semakin mendorong pertumbuhan dan memperluas basis ekonomi.
(Ilustrasi mata uang rupiah. Foto: dok MI)
Komitmen yang kuat terhadap kebijakan fiskal, pasar finansial yang mendalam, dan reformasi struktural. Maka akan berdampak terhadap menguatnya nilai tukar rupiah ke depan.
“Didukung oleh capital flow (dana asing masuk) ke Indonesia, Fed Fund Rate (FFR) yang menurun, serta balance sheet (neraca keuangan) yang baik dan terjaga di dalam negeri,” jelas Ibrahim.
Menonton berbagai perkembangan tersebut, Ibrahim memprediksi rupiah pada perdagangan hari ini akan bergerak secara fluktuatif dan kemungkinan besar akan mengalami pelemahan.
“Kepada perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.100 per USD hingga Rp15.200 per USD,” tutup Ibrahim.