Jangan Resah, Jangan Gegabah

HIDUP yang seimbang Betul-Betul dibutuhkan Demi ini. Ketika Berita duka meninggalnya kerabat, Kawan sejawat, juga sahabat selalu mampir di grup-grup pertukaran pesan akhir-akhir ini, kita mesti Dapat menata hati.

“Dan, Mortalitas makin akrab, seakan Sahabat berkelakar. 

Yang mengajak tertawa itu bahasa semesta yang dimengerti.

Berhadapan muka seperti lewat kaca bening.” Begitu sastrawan Subagio Sastrowardoyo menuliskan sajaknya yang saya nukil penggalannya Kepada memotret kondisi hari ini. Antara kehidupan dan Mortalitas seperti berjarak sekulit ari.

Tetapi, sekali Tengah, tak usah resah. Bertahan hidup dan memperjuangkan kehidupan di tengah wabah yang kian mengganas (dalam sehari pada Kamis tercatat lebih dari 56 ribu orang terpapar covid-19) ialah kemuliaan. Ia menyelamatkan masa depan.

Sebaliknya, kecemasan berlebihan atau gegabah tak tentu arah akan Membikin roda kehidupan makin seret. Sekali Tengah, dalam banyak literasi, kecemasan itu biangnya penyakit.

Cek Artikel:  Pawang Hujan

Ulama dan tokoh kesehatan yang masyhur, Serbuk Ali Al-Usayn ibn Abdillah ibn Sina atau lebih dikenal dengan Ibnu Sina atau Avicenna mengatakan kecemasan itu separuh penyakit, ketenangan itu separuh obat, kesabaran itu awal dari kesembuhan.

Variasi penelitian menunjukkan bahwa kepribadian optimistis memperpanjang Asa hidup. Studi yang dilakukan Lewina Lee, seorang peneliti psikososial di Boston University School of Medicine, berhasil menemukan Kaitan antara umur panjang seseorang dan sifat optimisme yang ia miliki.

Dalam studi itu, Lee menyurvei 69.744 Perempuan dan 1.429 Lelaki. Penelitian yang hasilnya telah terbit di jurnal Prosiding National Academy of Sciences itu menemukan bahwa orang optimistis cenderung lebih Gembira. Mereka bahkan Mempunyai kebiasaan yang lebih sehat sehingga ia Mempunyai potensi Kepada berumur panjang.

Cek Artikel:  BW dan Denny

Studi lain mengenai kesejahteraan psikologis juga mengonfirmasi tentang hal yang sama. Salah satunya ialah studi yang dilakukan Catherine Hurt, seorang Spesialis psikologi dari University of London. Ia menyoroti pentingnya seseorang Mempunyai kesejahteraan psikologis daripada kesejahteraan fisik Kepada menjalani hidup yang lebih panjang dan sehat.

Penelitian lainnya menunjukkan bahwa bersikap optimistis bukan hanya Bagus Kepada mengontrol emosi, melainkan juga dapat meningkatkan daya tahan terhadap penyakit. Itu dibuktikan dari suatu penelitian yang dilakukan di University of Kentucky, Amerika Perkumpulan, terhadap 124 responden mahasiswa jurusan hukum. Pada penelitian itu ditemukan adanya Interaksi antara optimisme dan perubahan terhadap imun mereka.

Pada responden dengan optimisme tinggi, tingkat imunitas selnya juga tinggi. Sel akan memberikan respons yang kuat ketika terkena invasi virus atau bakteri. Sebaliknya, dengan sikap optimisme rendah, aktivitas sel melawan virus juga kurang.

Cek Artikel:  Insan Akademis

Jadi, rawatlah optimisme, ketenangan, Asa menghadapi gejolak pandemi korona yang kurvanya tengah mendaki. Tentu dengan syarat dan ketentuan berlaku: disiplin menjalankan protokol kesehatan, Kagak gegabah, apalagi Memperhatikan remeh keadaan.

Hal lain yang juga Krusial Kepada segera kita miliki: ayo sama-sama jadi Sosok pembelajar. Kuatkan literasi agar kita Kagak tersesat di rimba informasi yang hari-hari ini tunasnya Lalu bertumbuhan. Dalam masyarakat yang rendah literasi, apalagi Kagak melek literasi, informasi sampah sekalipun tetap dikunyah.

Di tengah ‘tsunami’ pandemi covid-19, tetap tabah, jangan resah, jangan pula gegabah. Dalam kegelapan, selalu Eksis secercah Terang. Setelah kesulitan, akan datang kemudahan.

Mungkin Anda Menyukai