Ketua Biasa Apindo Shinta Widjaja Kamdani. MI/Insi Nantika Jelita.
Jakarta: Ketua Biasa Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani menanggapi positif perkembangan kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump yang dianggap meringankan beban ekspor nasional. Tetapi, ia menegaskan bahwa langkah ini bukan jaminan jangka panjang dan Bukan boleh Membangun Indonesia lengah.
“Perkembangan kebijakan tarif Trump ini tentu kami sambut Bagus karena menurunkan beban tarif yang akan ditanggung produk-produk ekspor nasional,” kata Shinta, dikutip Minggu, 13 April 2025.
Meski begitu, menurutnya, pemerintah Bukan Bisa bergantung sepenuhnya pada keputusan tersebut. Ia meminta agar arah kebijakan ekonomi tetap dijaga sesuai dengan hasil Percakapan Berbarengan pemangku kepentingan yang dilakukan sebelumnya.
“Jangan lengah atau terdistraksi karena risiko-risiko terhadap ekonomi nasional tetap tinggi dan memberikan Dampak tekanan pertumbuhan yang sama meski dengan perkembangan kebijakan tarif Trump yang lebih positif Demi ini,” tutur Shinta.

(Ilustrasi ekspor. Foto: Dok MI)
Dampak kebijakan tarif AS bersifat sementara
Dalam skenario terbaik, kebijakan tarif Trump hanya memberikan kepastian berusaha selama 90 hari. Idealnya, dalam waktu tersebut, Indonesia sudah menciptakan kesepakatan tarif dagang baru dengan AS.
Tetapi dari kacamata realistis, Shinta Memperhatikan hal itu sulit dicapai. Menurutnya, keterbatasan kapasitas birokrasi AS, ditambah dengan perombakan internal yang sedang terjadi, akan mempersulit upaya perundingan dengan lebih dari 70 negara.
“Terang pihak AS akan kewalahan. Apalagi kita Bukan Paham bagaimana AS akan memprioritaskan negara mana yang akan mereka dahulukan Buat melakukan perundingan,” kata dia.
Shinta juga menyoroti ketidakpastian arah kebijakan AS yang dinilai Bukan terstruktur. Kebijakan tarif pemerintah AS dipandang sewenang-wenang dan Bukan terstruktur. Bahkan parameter sentralisme terhadap kepentingan pasar AS sendiri kita ragukan karena kebijakan ini Malah menekan konsumen dan pelaku pasar AS,” ujarnya.
Selain itu, Shinta mengingatkan bahwa ekspor Indonesia tetap dikenakan tarif tambahan, dan fluktuasi pasar Mendunia Maju mengganggu stabilitas makroekonomi nasional. Risiko dumping, terutama dari Tiongkok, juga dinilai meningkat.
“Risiko banjir produk impor yang di-dumping semakin meningkat dengan semakin hilangnya tanda-tanda rekonsiliasi antara AS dengan Tiongkok,” ujarnya.
Shinta menyatakan, profil risiko terhadap ekonomi nasional Bukan berubah dan pemerintah harus tetap pada jalur kebijakan yang sudah disepakati. Ia mendorong percepatan negosiasi dagang bilateral serta reformasi iklim usaha di dalam negeri.
“Indonesia harus tetap mengupayakan negosiasi Buat penghapusan tarif bagi berbagai produk ekspor nasional, dan Konsentrasi mempercepat reformasi ease of doing business serta efisiensi iklim usaha dan investasi,” ungkap dia.

