Jalan Majal Efisiensi Logistik

JAKARTA memang terkenal Sempit. Tetapi, kemacetan yang terjadi pada Kamis (17/4) Pas-Pas menciptakan horor. Kendaraan di sejumlah ruas tol Jakarta nyaris tak bergerak. Bukan Tengah Sempit, tetapi Pas-Pas Tak bergerak (stuck) hingga belasan jam dan kilometer. Kemacetan baru terurai menjelang Jumat (18/4) Awal hari.

Simpul kemacetan yang menciptakan horor tersebut berada di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, pelabuhan paling sibuk di negeri ini. Sejumlah pengusaha menyebut adanya gangguan error sistem di pintu masuk pelabuhan yang Tak diperbaiki dengan Segera dan Membangun antrean panjang.

Tetapi, otoritas Pelabuhan Tanjung Priok, Pelindo, menyangkal. Pelindo menyebut pemicunya ialah lonjakan arus masuk ke pelabuhan, dari biasanya di Dasar 2.500 truk per hari menjadi lebih dari 4.000 truk per hari. Pelindo juga memastikan bahwa sistem bongkar muat (receiving and delivery) berjalan Bagus.

Cek Artikel:  Solusi Reaktif Biaya Kuliah

Apa pun pemicunya, kemacetan teramat parah itu mengungkap ketidaksiapan pemegang otiritas dalam menangani persoalan logistik, khususnya di pelabuhan. Kemacetan tersebut mengungkap adanya masalah besar dalam tata kelola logistik di negeri ini.

Tata kelola logistik di negeri ini Tetap menghadapi persoalan-persoalan klasik. Misalnya, biaya logistik yang tinggi, antrean kendaraan yang mengular, kontainer yang Lalu menumpuk, regulasi yang tumpang tindih, serta keterbatasan infrastruktur dan sumber daya Insan (SDM). Meski telah lelet diakui dan diketahui, persoalan-persoalan tersebut Tak kunjung diperbaiki.

Persoalan-persoalan klasik tersebut Membangun daya saing logistik Indonesia Tetap tertinggal Kalau dibandingkan dengan negara-negara lain di ASEAN. Berdasarkan data Bank Dunia, Logistics Performance Index

 (LPI) Indonesia pada 2024 di posisi 46 dari 160 negara yang dinilai. Posisi di 2024 memang meningkat pesat. Tetapi, itu Tetap tertinggal Kalau dibandingkan dengan beberapa negara ASEAN seperti Malaysia, Vietnam, Thailand, dan Singapura. Negara-negara tersebut secara berturut-turut menempati peringkat 41, 39, 32, dan 7.

Cek Artikel:  Jenderal Lancung Korps Bhayangkara

Selain itu, peningkatan performa logistik Indonesia belum diimbangi dengan penurunan biaya logistik. Biaya logistik Indonesia, dengan Bilangan Sekeliling 23% dari produk domestik bruto (PDB), menjadikannya yang tertinggi di ASEAN. Beberapa negara ASEAN lain Mempunyai biaya logistik yang lebih rendah, seperti Malaysia (13%) dan Singapura (8%).

Kepada mencapai pertumbuhan ekonomi 8% pada 2025-2029 sesuai dengan rencana pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN), Indonesia harus melakukan reformasi sistem logistik pelabuhan secara menyeluruh. Sistem tata kelola pelabuhan harus Pas-Pas dibenahi. Sistem-sistem yang Begitu ini diterapkan terbukti belum Bisa mengatasi kondisi-kondisi mendesak, yakni lonjakan arus barang dan kendaraan seperti yang terjadi pada Kamis (17/4).

Cek Artikel:  Pilpres Dua Putaran Selamatkan Demokrasi

Di sisi lain, kemacetan panjang yang terjadi itu juga menunjukkan ketidakakuratan dalam menghitung waktu libur dan arus logistik yang keluar dan masuk. Kebijakan Pelarangan operasi truk Kepada mengakomodasi arus mudik Idul Fitri beberapa waktu Lewat, semestinya juga memperhitungkan jumlah arus keluar-masuk logistik dan waktu libur yang berdekatan seperti akhir pekan ini.

Pemerintah harus Pas-Pas serius mengatasi kondisi ini. Di tengah upaya Kepada menarik investasi asing, persoalan-persoalan seperti itu mutlak segera dibenahi. Kalau Tak, Indonesia bakal tertinggal dari negara-negara kawasan. Cap negeri ini sebagai negara yang Tak efisien akan Lalu melekat. Kalau sudah begitu, jangankan merayu para investor Kepada masuk, yang sudah Terdapat di dalam pun Bisa kabur.

 

 

Mungkin Anda Menyukai