Liputanindo.id – Karoshi merupakan istilah yang berasal dari Jepang, yang merujuk pada kematian karena adanya suatu tekanan. Menjadi fenomena yang meresahkan, apa itu karoshi?
Karoshi juga dapat memicu berbagai masalah kesehatan serius, seperti serangan jantung, stroke, dan bahkan bunuh diri. Berikut ini beberapa hal menarik yang perlu Anda ketahui mengenai karoshi?
Apa Itu Karoshi?
Dilansir dari laman Japan Intercultural, karoshi secara sederhana berarti kematian akibat kerja berlebihan. Ini bisa berupa serangan jantung atau stroke yang dipicu oleh stres mendadak.
Karoshi juga mengacu pada bunuh diri yang disebabkan oleh kerja berlebihan. Kasus bunuh diri ini disebut “Karojisatsu”.
JIka biasanya orang barat menyebut “burnout”, beberapa negara Asia Tenggara memiliki istilah yang setara untuk kematian akibat kerja berlebihan. Akan tetapi Karoshi di Jepang menjadi ancaman serius di tempat kerja.
Apa Itu Burnout? Simak Penjelasan dan Tanda-cirinya di Sini
Mortalitas pertama yang dikaitkan dengan Karoshi adalah kasus seorang pekerja pria berusia 29 tahun di sebuah perusahaan surat kabar pada tahun 1969 yang meninggal mendadak karena stroke di tempat kerja.
Kemudian selama bertahun-tahun, semakin banyak laporan tentang kematian mendadak akibat pekerjaan, seperti yang disebut, sampai kata “Karoshi” mulai digunakan. Hingga kemudian sebuah buku tentangnya diterbitkan pada tahun 1982.
Sepanjang masa ekonomi gelembung dan hingga tahun 90-an, masalah Karoshi menjadi pengetahuan umum setelah beberapa eksekutif tingkat tinggi meninggal mendadak, tanpa tanda-tanda penyakit sebelumnya.
Kementerian Jepang pada akhirnya mulai memperhatikan fenomena ini dan menerbitkan data statistik tentang kerja berlebihan di Jepang. Hingga pada tahun 1988, sebuah hotline Karoshi didirikan dan menerima lebih dari 1.800 panggilan hanya dalam dua tahun.
Meskipun Karoshi telah berada di ranah pengetahuan publik selama beberapa dekade di Jepang, namun baru belakangan ini pemerintah mulai menindak jam kerja lembur yang terlalu lama.
Kemungkinan besar kematian tragis Matsuri Takahashi, serta kasus serupa lainnya, memberikan tekanan yang cukup pada pemerintah untuk turun tangan dan melakukan sesuatu gebrakan tentang masalah sosial ini.
Pemerintah di Jepang sekarang menyarankan perusahaan untuk mematikan lampu mereka pada pukul 10 malam. Langkah ini bertujuan mendorong pekerja agar tidak begadang di kantor.
Kemudian juga adanya kampanye “Iuran pertanggunganum Friday” untuk meminta perusahaan agar membiarkan karyawan pulang lebih awal pada Jumat terakhir setiap bulan juga menjadi upaya lain.
Selain itu, undang-undang reformasi kerja di Jepang juga sudah menetapkan jumlah maksimum lembur pada 45 jam per bulan.
Meskipun demikian, berbagai upaya untuk mengurangi tingkat Karoshi telah dikritik. Jam lembur 45 jam juga dinilai masih menempatkan pekerja pada risiko Karoshi. Tetapi banyak perusahaan enggan menerapkan aturan untuk mengurangi waktu kerja karyawan.
Karoshi juga terkait dengan mentalitas, ketika karyawan tidak ingin pulang lebih awal karena hal ini dianggap memalukan dan Anda dianggap mengecewakan tim.
Pada faktanya, karoshi adalah sisi gelap pekerjaan tradisional di Jepang yang kini semakin berkurang diinginkan bagi kaum muda. Kini jumlah pekerja paruh waktu muda telah meningkat, begitu pula jumlah mereka yang tidak bekerja, bersekolah, atau berlatih.
Buat itu, dengan meningkatnya kesadaran publik tentang pentingnya kesehatan mental di tempat kerja, perusahaan dan manajer dapat meningkatkan departemen sumber daya manusia mereka.
Perusahan-perusahaan modern diharapkan dapat melakukan perbaikan seperti membuat deskripsi pekerjaan yang terperinci, mengukur kinerja dengan cara selain jumlah jam, dan pemeriksaan kesehatan mental rutin untuk karyawan.
Selain apa itu karoshi, ikuti artikel-artikel menarik lainnya juga ya. Mau tahu informasi menarik lainnya? Jangan ketinggalan, pantau terus kabar terupdate dari ERA dan follow semua akun sosial medianya! Bikin Paham, Bikin Nyaman…