Iwan Bahari: Penyiar Bola Persib yang Pernah Sabet Komentator Terbaik World Cup 2006

Liputanindo.id BANDUNG – Para penggemar Persib di masa keemasan Robby Darwis dan Ajat Sudrajat di era 1990-an, pastilah familiar dengan suara berat dan merdu Iwan Bahari (52), penyiar radio Paramuda FM yang hampir selalu melaporkan secara live berbagai pertandingan Maung Bandung di Stadion Siliwangi, maupun stadion-stadion lain di berbagai kota.

Iwan Bahari, bapak satu anak yang kini menjadi reporter dan penyiar Radio PR FM atau Mustika Parahiyangan FM itu, telah malang-melintang di dunia jurnalistik selama 29 tahun.

Baca Juga:
Wisata Sejarah Gedung Pakuan di Bandung

Meski namanya lebih dikenal sebagai reporter dan penyiar radio, namun Iwan Bahari ternyata tak pernah mengenyam secara khusus pendidikan jurnalistik atau broadcasting.

“Saya alumni D-2 perhotelan di salah satu perguruan tinggi swasta di Kota Bandung. Begitu lulus, saya sempat jadi bartender di Banten Beach Hotel di Pandeglang,” kata Iwan Bahari sembari tertawa saat ditemui pada acara UKW yang digelar PWI Jabar, di Hotel Asrilia, Bandung, Selasa (21/3/2023).

Tetapi profesi bartender hasil belajar perhotelan ternyata tak membuatnya nyaman. 

Cek Artikel:  Febby Rastanty Formal Menikah, Ini Mahar Pernikahannya

Iwan kemudian lebih tertarik menjadi penyiar radio, setelah banyak teman memuji suaranya yang bagus dan menyarankan agar menjadi penyiar radio.

Kesempatan datang di tahun 1994, saat Radio Paramuda FM Sport & Music di Bandung membuka lowongan penyiar dan reporter.

“Saya ikut mendaftar. Dari total 100 pelamar, saya termasuk lima terbaik dan diterima sebagai penyiar. Saya sangat senang karena kebetulan saya hobi sepak bola,” kata Iwan.

Keberuntungan ternyata berpihak kepadanya sebagai penggemar sepak bola. Iwan kemudian ditugaskan untuk melakukan siaran langsung pandangan mata pertandingan Persib Bandung. Bunyi dan komentarnya yang khas ternyata digemari para pendengar yang membuat Iwan ditugaskan sebagai penyiar tetap setiap pertandingan live Persib Bandung.

Lampau kenapa kemudian muncul nama Bahari yang sebenarnya hanyalah nama beken di ‘udara’?

“Sebagai radio sport, saat itu setiap penyiar harus punya nama atlet beken di belakang nama aslinya, biar pendengar mudah mengingat. Kebetulan saya juga suka tinju, sehingga saya pilih nama Bahari, mengambil nama Pino Bahario, petinju muda yang digadang-gadang bisa menjadi Mike Tyson Indonesia. Jadi bukan karena saya suka nongkrong di Warteg Bahari ya, hahaha…,” katanya tergelak.     

Cek Artikel:  Terdapat Kru Meninggal Dunia, Sineas Indonesia Tuntut Pembenahan Sistem Kerja Industri Perfilman

Pengalaman menarik Iwan adalah saat melakukan liputan dan pandangan mata pertandingan Persib Bandung yang sedang bertandang ke Stadion Teladan Medan untuk melawan tuan rumah PSMS Medan pada musim 1996-1997.

“Itu adalah pengalaman pertama saya naik pesawat. Tapi yang lebih berkesan, begitu tiba di Medan, ternyata peralatan siaran saya seperti tape dan peralatan rekam yang masuk bagasi masih tertinggal di Bandara Soekarno Hatta. Saya complain berat ke Merpati Airline,” katanya.

Wajar jika Iwan Bahari gusar, sebab selain bertugas melaporkan pertandingan PSMS vs Persib secara live, dia ternyata juga ditugaskan oleh produsernya untuk membuat liputan tentang Kota Medan, seperti kuliner, tempat-tempat wisata dan tempat bersejarah.

“Untungnya dua jam kemudian, ‘nyawa’ liputan saya datang dan diantar ke hotel oleh pihak Merpati. Rupanya  Merpati tak ingkar janji,” candanya.

Prestasi lain yang tak pernah dilupakan Iwan Bahari adalah saat dia terpilih sebagai komentator terbaik ‘Kampung World Cup 2006’ yang digelar SCTV saat perhelatan Piala Dunia 2006. 

Cek Artikel:  Siap Bertugas 15 April, Taeyong Jadi Member NCT Pertama yang Jalani Wajib Militer

Iwan bangga karena dia berhasil menyisihkan komentator-komentator dari berbagai penjuru tanah air.  Sebagai komentator terbaik, Iwan pun berkesempatan melakukan siaran live di SCTV untuk dua pertandingan Piala Dunia 2006. 

“Saya live di SCTV mengomentari pertandingan Swedia melawan salah satu negara Afrika bersama Binder Singh dan Rendra Soedjono. Pengalaman mengesankan dan membahagiakan karena honor sebagai komentator televisi saat itu untuk sekali siaran Rp1,5 juta,” kata Iwan terbahak.

Kini, Iwan Bahari mengaku masih akan menggeluti dunia jurnalistik radio. Selain itu, Iwan juga aktif menerima order  dari berbagai pihak yang jatuh cinta kepada suaranya untuk menjadi master of ceremony di berbagai acara.

“Saya tak akan meninggalkan radio karena saya sudah terlanjur jatuh cinta pada profesi penyiar dan reporter radio,” pungkasnya.(BIM)

 

Baca Juga:
Seleksi Member Panitia Pemilihan Kecamatan di Bandung

 

Mungkin Anda Menyukai