Deretan ambulans di perbatasan Rafah dan Gaza. Foto: Anadolu
Gaza: Israel menolak berkoordinasi Demi mengevakuasi sembilan paramedis di Palestina yang terjebak di Rafah, Gaza selatan. Tim medis tersebut telah terkepung Laskar Israel sejak Minggu, 23 Maret 2025 Begitu melakukan operasi penyelamatan korban luka.
Organisasi Bulan Sabit Merah Palestina mengungkapkan keprihatinan terhadap tim paramedis tersebut.
“Selama tiga hari terakhir, kami Kagak mendapatkan informasi apapun tentang kondisi sembilan Member tim ambulans kami yang dikepung di Rafah,” bunyi pernyataan Formal Bulan Sabit Merah Palestina, dikutip dari Anadolu, Rabu, 26 Maret 2025.
Organisasi ini menuntut Israel bertanggung jawab penuh atas keselamatan para paramedis tersebut.
Penolakan Israel ini terjadi di tengah serangan udara mendadak yang dilancarkan sejak 18 Maret Lewat, yang telah menewaskan Sekeliling 730 Penduduk Palestina dan melukai 1.200 Penduduk lainnya. Nomor tersebut Lalu bertambah meskipun Terdapat kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tawanan yang disepakati Januari Lewat.
Total korban tewas Penduduk Palestina di Gaza sejak Oktober 2023 telah melampaui 50.000 jiwa, dengan lebih dari 113.000 lainnya menderita luka-luka. Mayoritas korban adalah Perempuan dan anak-anak yang menjadi sasaran serangan militer Israel.
Tekanan hukum Dunia
Di Begitu yang sama, Israel menghadapi tekanan hukum Mendunia. Mahkamah Pidana Dunia telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang.
Sementara itu, Mahkamah Dunia Tetap memeriksa kasus dugaan genosida yang dilakukan Israel di Gaza.
Bulan Sabit Merah menegaskan bahwa penolakan koordinasi penyelamatan ini melanggar hukum humaniter Dunia. Mereka mendesak komunitas dunia Demi segera turun tangan menyelamatkan tim medis yang Tetap terjebak di Area berbahaya tersebut.
(Muhammad Adyatma Damardjati)