Israel Perintahkan Mengungsi, Penduduk Gaza Utara Lebih Bagus Tewas

Israel Perintahkan Mengungsi, Warga Gaza Utara Lebih Baik Mati
Tentara Israel.(Al Jazeera)

TENTARA Israel, yang menghabisi lebih dari 42.000 warga Gaza sejak tahun lalu, memerintahkan warga Palestina di Jabalia, Beit Hanoun, dan Beit Lahia untuk meninggalkan rumah mereka di Gaza utara dan bergerak ke selatan. Tetapi, banyak warga Palestina mengatakan tidak akan meninggalkan rumah mereka setelah dipaksa evakuasi oleh rezim Zionis.

“Lebih baik mati daripada pergi,” kata Ibrahim Awda yang tinggal bersama keluarganya di sebuah tenda di kamp pengungsi Jabalia, kepada Anadolu. 

“Tentara pendudukan ini berusaha memaksa kami untuk bermigrasi dan pindah ke selatan setelah satu tahun bertahan di utara dan setelah kehilangan rumah dan pekerjaan kami,” paparnya.

Baca juga : Serangan Udara Israel terhadap Tenda Pengungsi Tewaskan 16 Penduduk Palestina

Awda, yang kehilangan dua anak dan rumahnya akibat serangan Israel, mengatakan bahwa penduduk Palestina di kamp Jabalia menolak untuk mematuhi perintah evakuasi Israel.

“Mereka tidak akan meninggalkan rumah mereka di Gaza utara kecuali kami mati,” tegas lelaki yang telah berusia 42 tahun itu.

Menurut laporan Anadolu, tentara Israel telah memperketat pengepungan di sekitar Gaza utara dari segala arah dan memutus hubungan dengan Gaza City.

Cek Artikel:  Minta Ampun Usai Gagal Bebaskan Sandera, Netanyahu: Bukan Seorang Pun Dapat Menguliahi Saya

Baca juga : 1 Jurnalis Tewas, 2 Terluka akibat Serangan Israel

Serangan militer di Jabalia ini merupakan yang ketiga oleh tentara Israel sejak pecahnya konflik Gaza tahun lalu.

Ratusan warga Palestina tewas dan ribuan terluka dalam penembakan artileri dan serangan udara Israel di kamp tersebut dalam beberapa bulan terakhir, menurut otoritas kesehatan setempat.

Awda mengatakan bahwa tentara Israel mencoba menipu warga Gaza utara dengan mengeklaim bahwa wilayah selatan aman bagi mereka.

Baca juga : Rusia dan Spanyol Kecam Serangan Israel di Libanon dan Suriah

“Keberlanjutan kejahatan Israel dan pembunuhan yang disengaja terhadap warga sipil yang mengungsi menunjukkan kebohongan mereka,” tambahnya.

Ia mencontohkan kematian sedikitnya 26 orang pada akhir pekan ini dalam serangan Israel terhadap sebuah sekolah dan masjid yang menjadi tempat penampungan pengungsi di kota Deir al-Balah di pusat Gaza.

“Pembantaian ini terjadi pada hari yang sama saat tentara Israel mengeluarkan perintah evakuasi bagi kami untuk menuju ke selatan,” kata Awda.

Cek Artikel:  Israel Bunuh 28 Penduduk Palestina Kembali, Korban Bertambah Jadi 43.764

Baca juga : PBB Khawatir Israel Bagikan 120 Ribu Senjata ke Penduduknya

Mureed Ahmad, 26, memiliki pandangan yang sama. “Kami menolak untuk meninggalkan rumah kami sejak hari pertama perang. Kami tidak akan menerima untuk pergi sekarang,” katanya kepada Anadolu. 

Pemuda Palestina ini percaya bahwa tentara Israel menggunakan tekanan militer untuk memaksa penduduk Jabalia mengungsi ke selatan.

“Kebijakan ini terbukti gagal. Penduduk Palestina menolak untuk meninggalkan rumah mereka meskipun tentara Israel terus mengepung,” ujarnya.

Otoritas Palestina memperkirakan ada sekitar 700.000 orang yang masih tinggal di Gaza utara. Tentara Israel telah berulang kali mengeluarkan perintah bagi warga Palestina untuk mengungsi dari wilayah mereka sejak perang dimulai pada 7 Oktober 2023.

Jalur Gaza utara telah berada di bawah pengepungan ketat Israel yang membuat seluruh penduduk wilayah tersebut berada di ambang kelaparan. 

Asad Al-Nadi, seorang warga Jabalia, mengatakan bahwa ia mencoba melarikan diri dari wilayah tersebut bersama keluarganya menuju zona aman di Gaza City bagian barat. “Tetapi, kami diserang secara langsung, menyebabkan anak laki-laki saya yang berusia 16 tahun terluka,” kenangnya.

Cek Artikel:  Dua Dalih Iran Curigai ASBantu Penyerangan Israel

Dia harus memapah putranya di bahunya untuk dibawa oleh ambulans ke Rumah Ngilu Al-Spesialis Baptist untuk mendapatkan perawatan medis. Meskipun dia masih khawatir akan keluarganya, Al-Nadi mengatakan bahwa dia tidak akan meninggalkan rumahnya di Jabalia dan pindah ke selatan.

“Saya mungkin akan pindah di dalam Gaza utara, tetapi saya tidak akan pernah pindah ke selatan. Seluruh orang yang melarikan diri ke Gaza selatan sejak perang pecah belum dapat kembali ke Gaza utara sampai hari ini,” tegasnya.

Israel terus melakukan serangan brutal di Jalur Gaza menyusul serangan oleh kelompok Palestina Hamas tahun lalu, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera.

Serangan Israel telah mengakibatkan hampir seluruh penduduk Jalur Gaza terlantar di tengah blokade yang sedang berlangsung, yang menyebabkan kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan yang parah. Israel menghadapi kasus genosida di Mahkamah Global atas tindakannya di Gaza. (Ant/Z-2)

Mungkin Anda Menyukai