DOKTER saraf Beny Rilianto menjelaskan bahwa aneurisma otak merupakan penyakit yang terjadi karena adanya pelebaran atau penonjolan pembuluh darah otak akibat melemahnya dinding pembuluh darah dan berisiko mengalami ruptur atau pecah.
“Jadi, aneurisma ini analoginya adalah balon yang semakin lama semakin membesar, sehingga akan mencapai pada batas tertentu dan sangat mungkin seiring waktu menjadi ruptur atau pecah,” kata dokter yang bertugas di di Rumah Nyeri Pusat Otak Nasional (RSPON) Mahar
Mahardjono, Jakarta, dikutip Minggu (8/9).
Beny menambahkan aneurisma otak berbahaya karena dapat menyebabkan perdarahan subarachnoid, suatu bentuk stroke yang ditandai dengan sakit kepala hebat dan penurunan kesadaran.
Baca juga : Dokter Ikuti Instrukturan Operasi Aneurisma Otak untuk Cegah Strok
Unsur risiko aneurisma meliputi genetika, hipertensi, konsumsi alkohol, merokok, dan kondisi sindrom tertentu seperti sindrom Ehlers-Danlos. Perempuan lebih berisiko mengalami aneurisma dibandingkan pria dengan rasio sekitar dua banding satu.
Aneurisma otak menjadi kondisi serius dan perlu diwaspadai, karena dapat menimbulkan komplikasi berbahaya, terutama jika pecah. Secara umum, aneurisma otak terbagi dalam dua kelompok utama, yakni aneurisma yang pecah (ruptur) dan yang tidak pecah (non-ruptur).
Aneurisma yang pecah dapat menyebabkan perdarahan subarachnoid yang sering ditandai dengan sakit kepala hebat yang tidak pernah dirasakan sebelumnya. Gejala lainnya meliputi gangguan kesadaran dan penurunan fungsi otak yang signifikan, menjadikannya keadaan darurat medis yang memerlukan penanganan segera.
Baca juga : Skrining Otak Krusial untuk Cegah Aneurisma
Kurang Lebih 85% kasus perdarahan subarachnoid disebabkan aneurisma pecah, sementara sisanya disebabkan oleh faktor lain.
Sementara itu, aneurisma yang tidak pecah umumnya tidak menimbulkan gejala, sehingga beberapa orang memiliki aneurisma di otaknya tanpa pernah menyadarinya.
“Nah untuk aneurisma yang tidak pecah ini, beberapa kasus memang tidak ada gejala, kalau aneurisma belum pecah. Tetapi, ada beberapa kondisi
jika aneurismanya ini terletak pada area-area tertentu di otak, dia bisa mengakibatkan adanya muncul gejala, karena akibat efek desakan dari aneurisma,” ungkap Beny.
“Meskipun belum tentu dia pecah, beberapa kasus itu yang paling sering adalah gangguan pada gerakan bola mata,” imbuhnya.
Dalam banyak kasus, aneurisma baru terdeteksi melalui pencitraan medis, seperti neuroimaging, yang membantu dokter dalam mengidentifikasi potensi risiko dan menentukan langkah penanganan lebih lanjut. (Ant/Z-1)